Sabtu, 29 Maret 2014

Artikel2



Mengenai Klien dan Konselor, Blocher (1966) mengemukakan ciri-cirinya untuk memberikan antara konseling dan psikoterapi sebagai berikut:
1.  Klien yang menjalani konseling tidak digolongkan sebagai penderita penyakit jiwa, tetapi dipandang sebagai seseorang yang mampu memilih tujuan-tujuannya membuat keputusan dan secara umum bisa bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri dan terhadap hari depannya.
2.      Konseling dipusatkan pada keadaan sekarang dan yang akan datang.
3.   Klien adalah klien dan bukan pasien. Konselor bukanlah tokoh otoriter namun adalah seorang “pendidik” dan “mitra” dari klien dalam melangkah bersama untuk mencapai tujuan.
4.    Konselor tidaklah netral secara moral atau tidak bermoral, melainkan memiliki nilai-nilai, perasaan dan normanya sendiri, meskipun konselor tidak perlu memaksakan hal ini kepada kepada klien, namun ia juga tidak menurutinya.
5.      Konselor memusatkan pada perubahan perilaku, tidak hanya menumbuhkan pengertian.

Perbedaan mengenai metode kemudian diringkas oleh Stefflre & Grant (1972) sebagai berikut: Konseling ditandai oleh jangka waktu yang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari klien, lebih memfokuskan pada aktivitas kesadaran, lebih memberikan nasihat, kurang berhubungan dengan transferens, lebih menekankan pada situasi yang riil, lebih kognitif dan berkurang intensitas emosi.


Perbedaan Konseling dan psikoterapi dikutip uraian dari Brammer & Shostrom (1997) dan Thompson & Rudolph (1983) dibawah ini:
Brammer & Shostrom (1997) mengemukakan bahwa:
1.  Konseling ditandai oleh adanya terminologi seperti: “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious, awareness, normal, present-time, dan short term”.
2. Sedangkan psikoterapi ditandai oleh: “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional problem and longterm”.
Perbedaan Konseling dan Psikoterapi disimpulkan Pallone (1997) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson & Rudolph (1983) sebagai berikut:

Sumber: Gunarsa, Singgih. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi

Sabtu, 08 Maret 2014

Artikel1 (Psikoterapi)


Arti Psikoterapi 

Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran, dan perasaan pasien supaya membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu. Ciri-ciri dari definisi mengenai psikoterapi ini akan dijelaskan dalam uraian yang berikut:

1.  Interaksi sistematis. Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara pasien dan terapis. Kata sistematis disini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis. 

2.     Prinsip-prinsip psikologis. Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip, penelitian dan teori-teori psikologis serta menyusun interaksi terapeutik.

3. Tingkah laku, pikiran, dan perasaan. Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih penuh dan memuaskan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri dari fungsi psikologis ini.

4.  Tingkah laku abnormal, memecahkan masalah dan pertumbuhan pribadi. Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok pasien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengalami masalah-masalah tingkah laku yang abnormal, seperti ganggunan suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan atau skizofrenia, untuk beberapa gangguan ini terutama gangguan bipolar dan skizofrenia. Terapi biologis umumnya memainkan peranan utama dalam perawatan. Meskipun demikian, selain perawatan biologis, psikoterapi membantu pasien belajar tentang dirinya sendiri dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan memudahkannya menanggulanginya tantangan hidup dengan lebih baik. Kelompok kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat untuk dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karier. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh pertumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.

Sumber: Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius

Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru atau akan mengalami perceraian.