Sabtu, 22 Juni 2013

Tugas Akhir Softskill KesMen



“DEFINISI DAN KONSEP KESEHATAN MENTAL”

Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berari kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata “psyhe” yang berasal dari bahasa Latin yang berarti psikis atau jiwa. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berari mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis; penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial (Mujib, 2003: 139). Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stress). Orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.
(Sumber : Rochman, Kholil lur. 2010. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Fajar Media Press)

“SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL”
          Secara umum secara historis kajian kesehatan mental terbagi dalam dua periode yaitu periode pra-ilmiah dan periode ilmiah (Langgulung, 1986: 23)

1.        Periode Pra-Ilmiah
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa.Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan korban.

2.      Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat yaitu pada tahun 1783.Pada Tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Assosiation (ASHA) dan American Federation for Sex Hygiene.
(Sumber : Rochman, Kholil lur. 2010. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Fajar Media Press)

“PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL”

Pertama, Orientasi Klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisien kegiatan sehari-hari.

Kedua, Orientasi penyesuaian diri
Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya.

Ketiga, Orientasi pengembangan potensi
Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
(Sumber : Rochman, Kholil lur. 2010. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Fajar Media Press)

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
3 MAHZAB PSIKOLOGI

1.  Aliran Psikoanalisa
Psikologi analisa dalam menggambarkan dinamika kepribadian sehat atau kepribadian yang tidak bertopeng. Selalu dikaitkan dengan tidak atau minimnya konflik antara tiga unsur utama jiwa yaitu id, ego, superego.

2. Aliran Behavioristik
Dalam pandangan mahzab behavioristik, seseorang yang punya sifat atau karakter spontanitas, kegembiraan hidup dan penuh kreativitas adalah individu yang sehat. Lingkungan memang punya daya kontrol kuat pada dirinya. Tapi, ia dapat beradaptasi dan merespon kontrol dari lingkungan itu dengan respon positif tanpa konflik.

3. Aliran Humanistik
Mahzab Humanistik menekankan pada kebebasan individu yang mengontrol diri sendiri dan kecenderungannya. Tidak terikat oleh pengaruh lingkungan atau konflik masa lalu. Kepribadian tanpa topeng tercipta katika ia merasa nyaman dengan dirinya sendiri.

Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan

                Alexander Schneiders, seorang pengarang yang ternama, menulis: “Kepribadian adalah kunci untuk menyesuaikan diri dan kesehatan mental. Kepribadian sehat, yang berkembang dan terintegrasi dengan baik merupakan jaminan untuk penyesuaian diri yang efektif” (Schneiders, 1965:60).
(Sumber: Semiun, Yustinus.2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta: Kanisius)

Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan kepribadian ditingkatkan oleh banyaknya minat  terhadap pekerjaan dan kegemaran. Sulit menyesuaikan diri dengan baik terhadap tuntutan-tuntutan pekerjaan yang tidak menarik dan membosankan, dan segera pekerjaan itu menjadi hal yang tidak menyenangkan. Tetapi, kita memiliki cara tertentu untuk mengubah dan mengganti pekerjaan yang merangsang minat kita sehingga kita dapat memperoleh kepuasan terus-menerus dalam pekerjaan.
(Sumber: Semiun, Yustinus.2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta: Kanisius)

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
Allport “Ciri-Ciri Kepribadian yang Matang”

Tujuh Kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1.       Perluasan Perasaan Diri
2.       Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
3.      Keamanan Emosional
4.      Persepsi Realistis
5.      Keterampilan-Keterampilan dan Tugas
6.      Pemahaman diri
7.      Filsafat Hidup yang Mempersatukan
(Sumber: Schultz, Duane. 1991. Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius)

Rogers “Perkembangan Kepribadian
Dalam masa kecil, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Dengan kata lain anak itu mengembangkan suatu “pengertian diri” (self concept). Dengan mengamati dari orang-orang lain terhadap tingkahnya sendiri, anak itu secara ideal mengembangkan suatu pola gambaran-gambaran diri yang konsisten. Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebutkan kebutuhan ini “penghargaan positif” (positive regard).
(Sumber: Schultz, Duane. 1991. Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius)

Erich Fromm “Ciri-Ciri Kepribadian Sehat”
Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencapai sepenuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri dan nasib, bebas dari ikatan-ikatan sumbang.

 Maslow “Hirarki Kebutuhan”
1.       Kebutuhan Faali yang diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti zat asam, air, makanan, minuman, udara.
2.   Kebutuhan keamanan. Kita perlu merasa bebas dari ancaman terhadap hidup kita, seperti kebutuhan akan keakraban, keteraturan, dan mempunyai rumah tempat tinggal.
3.        Kebutuhan akan belonging dan cinta. Semua orang ingin merasakan bahwa mereka tergolong pada sesuatu dan bahwa paling tidak satu orang mencintai/menyayanginya.
4.     Kebutuhan akan penghargaan dan harga diri. Kita perlu merasa bahwa kita berharga dan mampu, dan bahwa masyarakat menghargai sumbangan kita terhadapnya.
5.      Kebutuhan aktualisasi/ perwujudan diri. Kebutuhan akan pengembangan dan perwujudan potensi kita sepenuhnya, termasuk imajinasi dan kreativitas.
(Sumber: Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta)

Pengertian Stress
Arti Penting Stress
Kalau kita terus mengikuti logika Hans Selye, MD. Maka dia mengenal adanya 2 macam stress yaitu:
·         Eustress= stress yang positif dan kuratif (menyembuhkan)
·         Distress=stress yang tidak menyenangkan dan bisa menimbulkan penyakit.
Sekali lagi bagi Hans selye yang menjadi masalah ialah stress yang berlebihan (excersive stress) yang dia sebut sebagai distress tersebut.
(Sumber: Christian, M. 2005. Jinakkan Stress. Bandung: Nexx Media)
(Sumber: Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia)

General Adaption Syndrome (GAS)
Terbagi atas tiga fase, yaitu:

Fase Alarm ( Waspada)
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi.



Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress.
Fase Exhaustion (Kelelahan)
Tahapan ini cadangan energi telah menipis atau habis akibatnya tubuh tidak mampu untuk mempertahankan diri terhadap stressor inilah yan akan berdampak pada kematian individu tersebut.

Faktor-faktor Individual dan Sosial yang menjadi Penyebab Stress

Stress sebagai interaksi antara individu dengan lingkungannya
Pendekatan ketiga menggambarkan stress sebagai sutu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antar individu dengan lingkungannya. Interaksi antara manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional (Van Broeck, 1979; Sutherland & Cooper, 1990; Sarafino, 1990).
Sumber-sumber Stress
Sarafino (1990) membedakan sumber-sumber stress yaitu dalam diri individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat.

Sumber-sumber stress di dalam diri seseorang
Menurut Kurt Lewin, kekuatan motivasional yang melawan menyebabkan dua cenderungan yang melawan: pendekatan dan penghindaran. Cenderungan tersebut menggolongkan tiga jenis pokok dari konflik: konflik pendekatan-pendekatan, konflik penhindaran-penghindaran, konflik pendekatan-penghindaran.

Sumber-sumber stress di dalam keluarga
     Stress disini dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga, seperti; perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang saling berbeda, dll. 

Sumber-sumber stress di dalam komunitas dan lingkungan
          Interaksi subyek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stress. Contohnya; pengalaman stress anak-anak di sekolah dan di beberapa kejadian kompetitif, seperti olah raga. Sedangkan beberapa pengalaman stress orang tua bersumber dari pekerjaannya dan lingkungan yang stressful sifatnya. Khususnya “occupational stress” telah diteliti secara luas.

Stress yang berasal dari lingkungan
                Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik seperti; kebisingan, suhu yang terlalu panas, kesesakan, angin badai (tornado, tsunami). Stressor lingkungan mencakup stressor secara makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan faktor sekolah (Graham, 1989).
(Sumber: Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia)

                Tipe-Tipe Stress
Tekanan-Konflik
Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
Konflik
·         Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
·         Konflik menjauh-menjauh : individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai.
·         Konflik mendekat-mendekat: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkan.
·         Konflik mendekat-menjauh: terjadi ketika individu terjerat dalam situasi dimana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari sekaligus sulit untuk diselesaikan.

Frustasi-Kecemasan
Frustasi
Frustasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya. Bila kita telah berjuang keras dan tetapi kita gagal, bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu, bila kita sangat memerlukan sesuatu dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, maka kita juga akan mengalami frustasi.

Kecemasan
merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan.

Pendekatan problem solving terhadap stress
Strategi coping yang spontan mengatasi stress
Taylor (1991) mengemukakan 8 strategi coping yang berbeda: (a) Konfrontasi, (b) mencari dukungan sosial, (c) merencanakan pemecahan masalah dikaitkan dengan ‘problem-focused coping’. Strategi coping lainnya memfokuskan pada pengaturan emosi: (d) kontrol diri, (e) membuat jarak, (f) penilaian kembali secara positif (positive reappraisal), (g) menerima tanggung jawab dan (h) lari/penghindaran (escape/avoidance) (Taylor, 1991). Tetapi penelitian lainnya menetapkan jumlah dan jenis strategi coping yang berbeda. Contohnya, Cohen & Lazarus (1983) memberikan 5 cara coping, Vingerhoets dkk. (1990) 7 cara dan Sarafino (1990) mengidentifikasi 6 cara coping. Carver, Scheier dkk bahkan memberikan 13 skala yang berbeda (Eiser, 1990).
(Sumber: Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia)

Coping Stress
Pengertian dan Jenis-jenis coping
                Sesuai dengan definisi stress yang disebutkan diatas, suatu definisi yang terkenal dari Lazarus & Folkman, 1984; Sarafino, 1990; Taylor, 1991) menggambarkan coping sebagai:
“Suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful”

Fungsi dan Jenis Coping
                Secara umum coping itu sendiri mempunyai 2 macam fungsi (Cohen & Lazarus, 1983; Lazarus & Folkman, 1984; Rutter, 1983; Eiser, 1990; Srafino, 1990; Taylor, 1991) yaitu:
Emotional focused coping. Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress.
Problem-focused coping. Untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang  baru.
(Sumber: Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia)

Jenis-jenis koping yang konstruktif dan positif (sehat)
Berdasarkan jenis koping menurut Lazarus dan Folkman, saya menyimpulkan bahwa :
Koping konstruktif meliputi :
üEscape
    Konstruktif karena korban stres berusaha menghilangkan stresnya dengan beralih pada hal negatif seperti minuman keras, rokok, narkoba, dll.
üAcceptance.
    Suatu kondisi dimana si korban menerima saja keadaan stresnya itu dan tidak melakukan upaya sama sekali untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gejala stresnya tersebut.
üDenial (avoidance)
    Dimana si korban mengikari masalah yang ada pada dirinya. Hal ini pun tidak baik karena dia hanya memendam masalah yang dimilikinya sehingga sewaktu – waktu stresnya tersebut bisa muncul lagi. Strategi ini bersifat sementara tidak permanen.
üAvoidant coping
     Menurut saya strategi ini juga negatif, karena si korban berusaha menarik dirinya dari kondisi yang membuatnya stres. Seharusnya si korban membuat suatu penyelesaian masalah bukan menarik dirinya, bila pada suatu saat dia harus berhadapan lagi dengan kondisi yang ia hindari maka stres akan menerpa dirinya lagi.

Sementara koping yang positif adalah :
üproblem-solving focused coping
üDistancing
üPlanful Problem Solving,
üPositive Reapraisal
üSelf Control
üEmotion-Focused Coping
üSelf Control
üSeeking Social Support (For Emotional Reason)
üPositive Reinterpretation
üActive coping

Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
  A.    Menjelaskan Konsep Penyesuaian Diri
Alexander Schneiders, seorang pengarang yang ternama, menulis: “Kepribadian adalah kunci untuk menyesuaikan diri dan kesehatan mental. Kepribadian sehat, yang berkembang dan terintegrasi dengan baik merupakan jaminan untuk penyesuaian diri yang efektif” (Schneiders, 1965:60).
(Sumber: Semiun, Yustinus.2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta: Kanisius)
Pengertian penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat.

  A.    Pertumbuhan Personal
Manusia mengalami yang namanya proses tumbuh dan berkembang. Semenjak lahir sampai tua, kita mengalami pertumbuhan. Sebagai manusia yang normal dan sehat, akan mengalami proses pertumbuhan yang normal pula.
Pertumbuhan sendiri adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal.
-        Penekanan Pertumbuhan Diri
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
-        Variasi Dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau diluar dirinya.

-        Kondisi - Kondisi Untuk Bertumbuh
Struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

Hubungan Interpersonal
A.    Model-Model Hubungan Interpersonal
Pengertian Hubungan Interpersonal
Menurut psikologi komunikasi, semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin terbuka seseorang itu untuk mengungkapkan dirinya, semakin cermat dalam persepsinya tentang dirinya dan orang lain, serta semakin efektifnya komunikasi diantara komunikan.

Model - Model Hubungan Interpersonal

1.       Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
2.    Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Setiap orang harus memerankan peranannya sesuai naskah yang dibuat oleh masyarakat dan hubungan interpersonal berkembang baik jika setiap individu bertindak sesuai perannya.

3.     Model Interaksional
Model interaksional memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integrative, dan medan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi, dan pelaksanaan peranan.

B.   Cara Memulai Hubungan
Pembentukan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal dalam Memulai Hubungan
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan.peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan.
2. Peneguhan Hubungan
Karena hubungan interpersonal tidak bersifat statis, selalu berubah, perubahan maka untuk memeihara dan memperteguh hubungan interpersonal, maka di perlukan adanya tindakan–tindakan tertentu untuk mengembalikannya adanya keseimbangan
Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu
a) keakraban
b) control
c) respon yang tepat dan
d) nada emosional yang tepat.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketertarikan
1.       Efek Kedekatan
Propinquity effect: Semakin sering kita melihat dan berinteraksi dengan seseorang, semakin besar kemungkinan orang itu menjadi sahabat kita.
2.     Kesamaan
Para peneliti membedakan adanya dua jenis situasi sosial: situasi yang tertutup (close-field situations) atau situasi yang terbuka (open-field situations) yang mendukung perkembangan hubungan.

3.     Kesukaan Timbal-balik
Kita semua merasa senang disukai. Hal ini cukup kuat menimbulkan ketertarikan, tanpa harus ada kesamaan. Kesukaan timbal-balik kadang terjadi karena self-fulfilling prophecy.

4.     Ketertarikan Fisik dan Kesukaan

Daya tarik fisik merupakan hal yang menentukan kesan pertama baik pada laki-laki maupun perempuan. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa dibanding perempuan, laki-laki menilai daya tarik fisik lebih penting.
Sumber: Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

C.    Intimasi dan Hubungan Pribadi
Faktor penyebab intimacy :
   a)     Keluasan : seberapa banyak aktifitas yg dilakukan bersama
   b)     Keterbukaan : adanya saling keterbukaan diri
   c)      Kedalaman : saling berbagi

Proses terbentukan intimacy :
   a)     Penerimaan  diri  ­  Saling  berinteraksi  ­ 
   b)     Memberi  respon  atau  tanggapan
   c)      Perhatian ­ Rasa percaya
   d)     Kasih sayang ­ Mempunyai 
e)     minat yang sama ­ Berhubungan seksual

D.    Intimasi Dan Pertumbuhan
Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban.

Cinta dan Perkawinan
Deskripsi Cinta dan Perkawinan
Pengertian cintaitu sendiri sulit dibedakan batasan ataupun pengertiannya, karena cinta merupakan salah satu bentuk emosi dan perasaan yang dimiliki individu. Dan sifatnyapun subyektif sehingga setiap individu akan mempunyai makna yang berbeda tergantung pada penghayatan serta pengalamannya.

Perkawinan
Menurut Undang-Undang Perkawinan Pasal 1 No 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Munandar, 2001).
 
Bagaimana Memilih Pasangan
Setiap muslim yang ingin beruntung dunia akhirat hendaknya mengidam-idamkan sosok suami dan istri dengan kriteria sebagai berikut:
1.        Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
2.       Al Kafa’ah (Sekufu)
3.      Menyenangkan jika dipandang
4.      Mampu menghasilkan keturunan

Kriteria Khusus untuk Memilih Istri
Salah satu bukti bahwa wanita memiliki kedudukan yang mulia dalam Islam adalah bahwa terdapat anjuran untuk memilih calon istri dengan lebih selektif. Yaitu dengan adanya beberapa kriteria khusus untuk memilih calon istri. Di antara kriteria tersebut adalah:
1.        Bersedia taat kepada suami
2.       Menjaga auratnya dan tidak memamerkan kecantikannya kecuali kepada suaminya
3.      Nasab-nya baik

Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Inilah puncak dari segalanya, setelah melewati  masa pacaran dengan baik. Dengan saling mengikarkan janji suci untuk sehidup semati baik dalam sehat maupun dalam sakit, dalam keadaan kaya atau miskin dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka. Sehingga ikrar suci pernikahan itu, mereka bukan lagi dua tetapi telah menjadi satu. Tahap ini memulainya sebuah babak baru, relasi yang ditandai dengan munculnya komitmen tanpa syarat untuk saling mencintai dan memiliki.
Kalau tahap perkenalan merupakan sebuah pintu gerbang menuju ke tingkat pacaran, maka tahap pernikahan merupakan puncak dari tingkat hubungan paling akrab dan mulia yang dilakukan.

Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Dyer (1983) menyatakan penyesuaian perkawinan adalah adanya bermacam-macam proses dan penyesuaian didalam hubungan perkawinan antar pasangan, dimana adanya proses untuk mengakomodasikan situasi sehari-hari, menyeimbangkan kebutuhan masing-masing, ketertarikan, role-expectation, dan pandangan, dan beradaptasi untuk perubahan kondisi perkawinan dan kehidupan keluarga.

Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami.Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.

Single Life
Hidup sendiri (single life) merupakan salah satu pilihan hidup yang ditempuh seorang individu. Hidup sendiri berarti ia sudah memikirkan resiko yang akan akan timbul sehingga mau tidak mau ia harus siap menanggung segala kerepotan yang muncul dalam perjalanan hidupnya.
1.       Faktor-Faktor Keinginan Hidup Sendiri
Sebagian orang menempuh cara hidup ini karena didasari oleh beberapa faktor yaitu (a) masalah ideologi atau panggilan agama, (b) trauma perceraian, (c) tidak memperoleh jodoh, misalnya ingin hidup sendiri (menjanda, atau menduda dan tidak mau menikah lagi). Dengan hidup sendiri, seseorang merasa bebas menikmati seluruh aktivitas yang dilakukan tanpa memperoleh gangguan dari pihak lain.