“DEFINISI
DAN KONSEP KESEHATAN MENTAL”
Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa
Yunani yang berari kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata “psyhe” yang berasal dari bahasa Latin
yang berarti psikis atau jiwa. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berari mental yang sehat
atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun
psikosis; penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial (Mujib, 2003:
139). Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stress). Orang yang memiliki mental
sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya
sendiri dan lingkungannya.
(Sumber :
Rochman, Kholil lur. 2010. Kesehatan
Mental. Yogyakarta: Fajar Media Press)
“SEJARAH
PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL”
Secara umum secara historis kajian kesehatan mental
terbagi dalam dua periode yaitu periode pra-ilmiah dan periode ilmiah
(Langgulung, 1986: 23)
1.
Periode Pra-Ilmiah
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau
mental telah muncul dalam konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa
dunia diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa.Orang Yunani percaya
bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya.
Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji)
dengan mantra dan korban.
2.
Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era
pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke
sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya
psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat yaitu pada tahun 1783.Pada
Tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dekade
1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti
American Social Hygiene Assosiation (ASHA) dan American Federation for Sex
Hygiene.
(Sumber :
Rochman, Kholil lur. 2010. Kesehatan
Mental. Yogyakarta: Fajar Media Press)
“PENDEKATAN
KESEHATAN MENTAL”
Pertama, Orientasi Klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan
tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak
berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta
mengganggu efisien kegiatan sehari-hari.
Kedua, Orientasi penyesuaian diri
Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan
sekitarnya.
Ketiga, Orientasi pengembangan potensi
Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia
mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan
sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
(Sumber :
Rochman, Kholil lur. 2010. Kesehatan
Mental. Yogyakarta: Fajar Media Press)
TEORI
KEPRIBADIAN SEHAT
3
MAHZAB PSIKOLOGI
1. Aliran Psikoanalisa
Psikologi analisa dalam menggambarkan dinamika
kepribadian sehat atau kepribadian yang tidak bertopeng. Selalu dikaitkan
dengan tidak atau minimnya konflik antara tiga unsur utama jiwa yaitu id, ego,
superego.
2. Aliran
Behavioristik
Dalam pandangan mahzab behavioristik, seseorang yang
punya sifat atau karakter spontanitas, kegembiraan hidup dan penuh kreativitas
adalah individu yang sehat. Lingkungan memang punya daya kontrol kuat pada
dirinya. Tapi, ia dapat beradaptasi dan merespon kontrol dari lingkungan itu
dengan respon positif tanpa konflik.
3. Aliran
Humanistik
Mahzab Humanistik menekankan pada kebebasan individu yang
mengontrol diri sendiri dan kecenderungannya. Tidak terikat oleh pengaruh
lingkungan atau konflik masa lalu. Kepribadian tanpa topeng tercipta katika ia
merasa nyaman dengan dirinya sendiri.
Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan
Alexander
Schneiders, seorang pengarang yang ternama, menulis: “Kepribadian adalah kunci
untuk menyesuaikan diri dan kesehatan mental. Kepribadian sehat, yang
berkembang dan terintegrasi dengan baik merupakan jaminan untuk penyesuaian
diri yang efektif” (Schneiders, 1965:60).
(Sumber: Semiun, Yustinus.2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta: Kanisius)
Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan kepribadian ditingkatkan oleh banyaknya
minat terhadap pekerjaan dan kegemaran. Sulit menyesuaikan diri
dengan baik terhadap tuntutan-tuntutan pekerjaan yang tidak menarik dan
membosankan, dan segera pekerjaan itu menjadi hal yang tidak menyenangkan.
Tetapi, kita memiliki cara tertentu untuk mengubah dan mengganti pekerjaan yang
merangsang minat kita sehingga kita dapat memperoleh kepuasan terus-menerus
dalam pekerjaan.
(Sumber: Semiun, Yustinus.2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta: Kanisius)
TEORI KEPRIBADIAN
SEHAT
Allport “Ciri-Ciri Kepribadian yang Matang”
Tujuh
Kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1.
Perluasan Perasaan Diri
2.
Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
3.
Keamanan Emosional
4.
Persepsi Realistis
5.
Keterampilan-Keterampilan dan Tugas
6.
Pemahaman diri
7.
Filsafat
Hidup yang Mempersatukan
(Sumber: Schultz, Duane. 1991. Psikologi
pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius)
Rogers “Perkembangan Kepribadian
Dalam masa kecil, anak mulai
membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang
lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya
penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Dengan kata lain anak itu
mengembangkan suatu “pengertian diri” (self
concept). Dengan mengamati dari orang-orang lain terhadap tingkahnya
sendiri, anak itu secara ideal mengembangkan suatu pola gambaran-gambaran diri
yang konsisten. Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia
apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima
anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga
belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebutkan kebutuhan ini “penghargaan
positif” (positive regard).
(Sumber: Schultz, Duane. 1991. Psikologi
pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius)
Erich Fromm “Ciri-Ciri Kepribadian Sehat”
Fromm memberikan suatu gambaran
jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencapai sepenuhnya,
kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati
dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat,
berhubungan dengan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri dan nasib,
bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Maslow “Hirarki Kebutuhan”
1. Kebutuhan Faali yang diperlukan untuk
mempertahankan hidup seperti zat asam, air, makanan, minuman, udara.
2. Kebutuhan keamanan. Kita perlu merasa bebas dari ancaman terhadap hidup
kita, seperti kebutuhan akan keakraban, keteraturan, dan mempunyai rumah tempat
tinggal.
3. Kebutuhan akan belonging dan cinta. Semua orang ingin
merasakan bahwa mereka tergolong pada sesuatu dan bahwa paling tidak satu orang
mencintai/menyayanginya.
4. Kebutuhan akan penghargaan dan harga diri. Kita perlu merasa bahwa kita berharga dan mampu, dan bahwa masyarakat
menghargai sumbangan kita terhadapnya.
5. Kebutuhan aktualisasi/ perwujudan diri. Kebutuhan akan pengembangan dan perwujudan potensi
kita sepenuhnya, termasuk imajinasi dan kreativitas.
(Sumber: Munandar, Utami. 2009. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta)
Pengertian
Stress
Arti
Penting Stress
Kalau kita terus mengikuti logika Hans Selye,
MD. Maka dia mengenal adanya 2 macam stress yaitu:
·
Eustress=
stress yang positif dan kuratif (menyembuhkan)
·
Distress=stress
yang tidak menyenangkan dan bisa menimbulkan penyakit.
Sekali lagi bagi Hans selye yang menjadi
masalah ialah stress yang berlebihan (excersive stress) yang dia sebut sebagai
distress tersebut.
(Sumber:
Christian, M. 2005. Jinakkan Stress.
Bandung: Nexx Media)
(Sumber:
Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan.
Jakarta: Gramedia)
General Adaption Syndrome (GAS)
Terbagi atas tiga fase, yaitu:
Fase Alarm ( Waspada)
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme
pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya
volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi.
Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba
berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta
mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya
kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab
stress.
Fase Exhaustion (Kelelahan)
Tahapan ini cadangan
energi telah menipis atau habis akibatnya tubuh tidak mampu untuk
mempertahankan diri terhadap stressor inilah yan akan berdampak pada kematian
individu tersebut.
Faktor-faktor
Individual dan Sosial yang menjadi Penyebab Stress
Stress
sebagai interaksi antara individu dengan lingkungannya
Pendekatan ketiga menggambarkan stress
sebagai sutu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan
dimensi hubungan antar individu dengan lingkungannya. Interaksi antara manusia
dengan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional
(Van Broeck, 1979; Sutherland & Cooper, 1990; Sarafino, 1990).
Sumber-sumber
Stress
Sarafino (1990) membedakan sumber-sumber
stress yaitu dalam diri individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat.
Sumber-sumber
stress di dalam diri seseorang
Menurut Kurt Lewin, kekuatan motivasional
yang melawan menyebabkan dua cenderungan yang melawan: pendekatan dan
penghindaran. Cenderungan tersebut menggolongkan tiga jenis pokok dari konflik:
konflik pendekatan-pendekatan, konflik penhindaran-penghindaran, konflik
pendekatan-penghindaran.
Sumber-sumber
stress di dalam keluarga
Stress
disini dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga, seperti;
perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh,
tujuan-tujuan yang saling berbeda, dll.
Sumber-sumber
stress di dalam komunitas dan lingkungan
Interaksi subyek di luar lingkungan keluarga
melengkapi sumber-sumber stress. Contohnya; pengalaman stress anak-anak di
sekolah dan di beberapa kejadian kompetitif, seperti olah raga. Sedangkan beberapa
pengalaman stress orang tua bersumber dari pekerjaannya dan lingkungan yang
stressful sifatnya. Khususnya “occupational stress” telah diteliti secara luas.
Stress
yang berasal dari lingkungan
Lingkungan
yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik seperti; kebisingan, suhu yang
terlalu panas, kesesakan, angin badai (tornado, tsunami). Stressor lingkungan
mencakup stressor secara makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi
modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan
faktor sekolah (Graham, 1989).
(Sumber:
Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan.
Jakarta: Gramedia)
Tipe-Tipe
Stress
Tekanan-Konflik
Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam
maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam tetapi
kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
Konflik
·
Konflik
terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap
dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
·
Konflik
menjauh-menjauh : individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak
disukai.
·
Konflik
mendekat-mendekat: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama
diinginkan.
·
Konflik
mendekat-menjauh: terjadi ketika individu terjerat dalam situasi dimana ia
tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi. Ini adalah bentuk konflik
yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari sekaligus sulit untuk
diselesaikan.
Frustasi-Kecemasan
Frustasi
Frustasi terjadi ketika motif atau tujuan
kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya. Bila kita telah berjuang keras dan
tetapi kita gagal, bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru kemudian
terhambat untuk melakukan sesuatu, bila kita sangat memerlukan sesuatu dan
sesuatu itu tidak dapat diperoleh, maka kita juga akan mengalami frustasi.
Kecemasan
merupakan hal yang
normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan
disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila
individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi
dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan.
Pendekatan
problem solving terhadap stress
Strategi
coping yang spontan mengatasi stress
Taylor (1991) mengemukakan 8 strategi coping
yang berbeda: (a) Konfrontasi, (b) mencari dukungan sosial, (c) merencanakan
pemecahan masalah dikaitkan dengan ‘problem-focused coping’. Strategi coping
lainnya memfokuskan pada pengaturan emosi: (d) kontrol diri, (e) membuat jarak,
(f) penilaian kembali secara positif (positive
reappraisal), (g) menerima tanggung jawab dan (h) lari/penghindaran (escape/avoidance) (Taylor, 1991). Tetapi
penelitian lainnya menetapkan jumlah dan jenis strategi coping yang berbeda. Contohnya,
Cohen & Lazarus (1983) memberikan 5 cara coping, Vingerhoets dkk. (1990) 7
cara dan Sarafino (1990) mengidentifikasi 6 cara coping. Carver, Scheier dkk
bahkan memberikan 13 skala yang berbeda (Eiser, 1990).
(Sumber:
Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan.
Jakarta: Gramedia)
Coping
Stress
Pengertian dan Jenis-jenis coping
Sesuai dengan definisi stress
yang disebutkan diatas, suatu definisi yang terkenal dari Lazarus &
Folkman, 1984; Sarafino, 1990; Taylor, 1991) menggambarkan coping sebagai:
“Suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola
jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari
individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber
daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful”
Fungsi dan Jenis Coping
Secara umum coping itu
sendiri mempunyai 2 macam fungsi (Cohen & Lazarus, 1983; Lazarus &
Folkman, 1984; Rutter, 1983; Eiser, 1990; Srafino, 1990; Taylor, 1991) yaitu:
Emotional focused coping. Digunakan untuk
mengatur respon emosional terhadap stress.
Problem-focused coping. Untuk mengurangi
stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau
keterampilan-keterampilan yang baru.
(Sumber:
Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan.
Jakarta: Gramedia)
Jenis-jenis koping yang konstruktif dan positif
(sehat)
Berdasarkan jenis koping menurut Lazarus dan Folkman,
saya menyimpulkan bahwa :
Koping konstruktif meliputi :
üEscape
Konstruktif karena korban stres berusaha menghilangkan stresnya dengan
beralih pada hal negatif seperti minuman keras, rokok, narkoba, dll.
üAcceptance.
Suatu kondisi dimana si korban menerima saja keadaan stresnya itu dan
tidak melakukan upaya sama sekali untuk menghilangkan atau setidaknya
mengurangi gejala stresnya tersebut.
üDenial (avoidance)
Dimana si korban mengikari masalah yang ada pada dirinya. Hal ini pun
tidak baik karena dia hanya memendam masalah yang dimilikinya sehingga sewaktu
– waktu stresnya tersebut bisa muncul lagi. Strategi ini bersifat sementara
tidak permanen.
üAvoidant coping
Menurut saya strategi ini juga negatif, karena si korban berusaha menarik
dirinya dari kondisi yang membuatnya stres. Seharusnya si korban membuat suatu
penyelesaian masalah bukan menarik dirinya, bila pada suatu saat dia harus berhadapan
lagi dengan kondisi yang ia hindari maka stres akan menerpa dirinya lagi.
Sementara koping yang
positif adalah :
üproblem-solving focused coping
üDistancing
üPlanful Problem Solving,
üPositive Reapraisal
üSelf Control
üEmotion-Focused Coping
üSelf Control
üSeeking Social Support (For
Emotional Reason)
üPositive Reinterpretation
üActive coping
Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
A.
Menjelaskan Konsep
Penyesuaian Diri
Alexander Schneiders, seorang pengarang yang
ternama, menulis: “Kepribadian adalah kunci untuk menyesuaikan diri dan
kesehatan mental. Kepribadian sehat, yang berkembang dan terintegrasi dengan
baik merupakan jaminan untuk penyesuaian diri yang efektif” (Schneiders,
1965:60).
(Sumber: Semiun, Yustinus.2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta: Kanisius)
Pengertian
penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal
lingkungan yang baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian
diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan
kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat.
A.
Pertumbuhan Personal
Manusia mengalami yang namanya
proses tumbuh dan berkembang. Semenjak lahir sampai tua, kita mengalami
pertumbuhan. Sebagai manusia yang normal dan sehat, akan mengalami proses
pertumbuhan yang normal pula.
Pertumbuhan sendiri adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang
normal.
- Penekanan
Pertumbuhan Diri
Pertumbuhan adalah perubahan
secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
- Variasi
Dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil
dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan yang
menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu
mungkin terdapat dalam dirinya atau diluar dirinya.
- Kondisi
- Kondisi Untuk Bertumbuh
Struktur jasmaniah merupakan
kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf,
kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan
penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan
dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa
gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses
penyesuaian dirinya.
Hubungan
Interpersonal
A.
Model-Model Hubungan Interpersonal
Pengertian
Hubungan Interpersonal
Menurut psikologi komunikasi, semakin baik hubungan
interpersonal seseorang maka semakin terbuka seseorang itu untuk mengungkapkan
dirinya, semakin cermat dalam persepsinya tentang dirinya dan orang lain, serta
semakin efektifnya komunikasi diantara komunikan.
Model - Model Hubungan
Interpersonal
1.
Model
Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
2.
Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal
sebagai panggung sandiwara. Setiap orang harus memerankan peranannya sesuai
naskah yang dibuat oleh masyarakat dan hubungan interpersonal berkembang baik
jika setiap individu bertindak sesuai perannya.
3.
Model
Interaksional
Model interaksional memandang hubungan interpersonal
sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural,
integrative, dan medan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari dari
tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi, dan pelaksanaan peranan.
B.
Cara Memulai Hubungan
Pembentukan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal dalam
Memulai Hubungan
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan.peneliti
telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan.
2. Peneguhan Hubungan
Karena hubungan interpersonal tidak bersifat statis, selalu berubah,
perubahan maka untuk memeihara dan memperteguh hubungan interpersonal, maka di
perlukan adanya tindakan–tindakan tertentu untuk mengembalikannya adanya
keseimbangan
Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu
a) keakraban
b) control
c) respon yang tepat dan
d) nada emosional yang tepat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketertarikan
1.
Efek Kedekatan
Propinquity effect: Semakin sering kita
melihat dan berinteraksi dengan seseorang, semakin besar kemungkinan orang itu
menjadi sahabat kita.
2.
Kesamaan
Para peneliti membedakan adanya dua jenis
situasi sosial: situasi yang tertutup (close-field situations) atau
situasi yang terbuka (open-field situations) yang mendukung perkembangan
hubungan.
3.
Kesukaan
Timbal-balik
Kita semua
merasa senang disukai. Hal ini cukup kuat menimbulkan ketertarikan, tanpa harus
ada kesamaan. Kesukaan timbal-balik kadang terjadi karena self-fulfilling
prophecy.
4.
Ketertarikan
Fisik dan Kesukaan
Daya
tarik fisik merupakan hal yang menentukan kesan pertama baik pada laki-laki
maupun perempuan. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa dibanding
perempuan, laki-laki menilai daya tarik fisik lebih penting.
Sumber: Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM.
Nilam Widyarini
C.
Intimasi dan Hubungan Pribadi
Faktor penyebab intimacy :
a) Keluasan : seberapa banyak aktifitas yg dilakukan bersama
b) Keterbukaan : adanya saling keterbukaan diri
c) Kedalaman : saling berbagi
Proses terbentukan intimacy :
a) Penerimaan diri Saling berinteraksi
b) Memberi respon atau tanggapan
c) Perhatian Rasa percaya
d) Kasih sayang Mempunyai
e) minat yang sama Berhubungan seksual
D. Intimasi Dan Pertumbuhan
Keintiman adalah kebebasan
menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada
pasangan kita. Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya
kepada orang lain. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga
oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi
kita ketika kita berbeban.
Cinta dan Perkawinan
Deskripsi Cinta dan Perkawinan
Pengertian cintaitu sendiri sulit
dibedakan batasan ataupun pengertiannya, karena cinta merupakan salah satu
bentuk emosi dan perasaan yang dimiliki individu. Dan sifatnyapun subyektif
sehingga setiap individu akan mempunyai makna yang berbeda tergantung pada
penghayatan serta pengalamannya.
Perkawinan
Menurut Undang-Undang Perkawinan Pasal 1 No 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah suatu ikatan lahir
batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
(Munandar, 2001).
Bagaimana Memilih Pasangan
Setiap muslim yang ingin
beruntung dunia akhirat hendaknya mengidam-idamkan sosok suami dan istri dengan
kriteria sebagai berikut:
1.
Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
2. Al Kafa’ah (Sekufu)
3. Menyenangkan jika dipandang
4. Mampu menghasilkan keturunan
Kriteria Khusus untuk
Memilih Istri
Salah satu bukti bahwa wanita
memiliki kedudukan yang mulia dalam Islam adalah bahwa terdapat anjuran untuk
memilih calon istri dengan lebih selektif. Yaitu dengan adanya beberapa
kriteria khusus untuk memilih calon istri. Di antara kriteria tersebut adalah:
1.
Bersedia taat kepada suami
2. Menjaga auratnya dan tidak memamerkan kecantikannya kecuali kepada suaminya
3. Nasab-nya baik
(Sumber: http://islamdiaries.tumblr.com/post/31911406977/memilih-pasangan-idaman-menurut-sunnah-rasulullah )
Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Inilah puncak dari segalanya, setelah melewati
masa pacaran dengan baik. Dengan saling mengikarkan janji suci untuk sehidup
semati baik dalam sehat maupun dalam sakit, dalam keadaan kaya atau miskin dan hanya
maut yang bisa memisahkan mereka. Sehingga ikrar suci pernikahan itu, mereka
bukan lagi dua tetapi telah menjadi satu. Tahap ini memulainya sebuah babak
baru, relasi yang ditandai dengan munculnya komitmen tanpa syarat untuk saling
mencintai dan memiliki.
Kalau tahap perkenalan merupakan sebuah pintu gerbang
menuju ke tingkat pacaran, maka tahap pernikahan merupakan puncak dari tingkat
hubungan paling akrab dan mulia yang dilakukan.
Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Dyer (1983) menyatakan
penyesuaian perkawinan adalah adanya bermacam-macam proses dan penyesuaian
didalam hubungan perkawinan antar pasangan, dimana adanya proses untuk
mengakomodasikan situasi sehari-hari, menyeimbangkan kebutuhan masing-masing,
ketertarikan, role-expectation, dan pandangan, dan beradaptasi untuk perubahan
kondisi perkawinan dan kehidupan keluarga.
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah
akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan
justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin
menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba
untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan
mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami.Mereka biasanya
kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena
kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil
keputusan.
Single Life
Hidup sendiri (single life) merupakan salah
satu pilihan hidup yang ditempuh seorang individu. Hidup sendiri berarti ia
sudah memikirkan resiko yang akan akan timbul sehingga mau tidak mau ia harus
siap menanggung segala kerepotan yang muncul dalam perjalanan hidupnya.
1.
Faktor-Faktor
Keinginan Hidup Sendiri
Sebagian orang menempuh cara hidup ini karena
didasari oleh beberapa faktor yaitu (a) masalah ideologi atau panggilan agama,
(b) trauma perceraian, (c) tidak memperoleh jodoh, misalnya ingin hidup sendiri
(menjanda, atau menduda dan tidak mau menikah lagi). Dengan hidup sendiri,
seseorang merasa bebas menikmati seluruh aktivitas yang dilakukan tanpa
memperoleh gangguan dari pihak lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar