Mempengaruhi Perilaku
Definisi Pengaruh
Pengaruh
adalah daya yg ada atau timbul dr sesuatu (orang, benda) yg ikut membentuk
watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
Kunci-Kunci Perubahan Perilaku
Keadaan
yang buruk atau rusak merupakan persoalan yang sangat mempengaruhi masyarakat
dalam segala aspek kehidupan sekaligus mengganggu segala bentuk aktivitas yang
ada di masyarakat. Kemiskinan merupakan kondisi buruk dan satu-satunya
persoalan yang sistemik. Karena, kemiskinan menjadikan munculnya perilaku
kriminal yang — tentu saja — buruk. Sehingga perlu ada solusi sebagai bentuk
perubahan masyarakat dari kondisi miskin yang tidak berdaya, menjadi berdaya.
Dalam hal ini mereka akan memiliki potensi kritis dan gerak yang dapat
menanggulangi segala bentuk persoalan kemiskinan.
Secara
definisi, masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang saling berinteraksi
dan memiliki komponen perubahan yang dapat mengikat satu individu dengan
individu lain dengan perilakunya. Sedangkan perubahan merupakan peralihan
kondisi yang tadinya buruk, menjadi baik. Masyarakat yang berubah adalah
masyarakat yang terdiri dari individu berkepribadian (personality) baik. Personality tidak
dibentuk dari performance dan style seseorang,
melainkan dari adanya daya intelektual dan perbuatan. Selanjutnya, tidak hanya
membentuk saja, tapi juga disertai upaya menjadikan personality tersebut
berkualitas.
Sebagai
contoh, apakah Mandra yang berwajah ‘agraris’ lebih baik dibandingkan dengan
Rano Karno? Bandingkan Mahatma Gandhi dari kaum miskin yang mengubah masyarakat
India menuju perubahan, sedangkan Maria Eva & Yahya Zaini dari kaum kaya —
yang dulunya dikatakan representasi suara masyarakat — dengan perbuatan tak
senonohnya yang membahayakan masyarakat, terutama generasi muda.
Oleh
karena itu, kunci perubahan masyarakat adalah membentuk daya intelektual dan
perbuatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga terjadilah
perubahan perilaku yang secara otomatis diikuti dengan perubahan masyarakat.
Maka, persoalan kemiskinan bisa berubah jika terjadi perubahan perilaku di
dalam masyarakat.
Model mempengaruhi Orang Lain & Perannya dalam Psikologi
Cara
mempengaruhi orang lain dengan dasar Pendekatan Komunikasi Persuasi dikemukakan oleh
Aristotle yang menyatakan terdapat 3 pendekatan dasar dalam komunikasi yang
mampu mempengaruhi orang lain, yaitu;
1.
Logical argument (logos), yaitu
penyampaian ajakan menggunakan argumentasi data-data yang ditemukan. Hal ini
telah disinggung dalam komponen data.
2.
Psychological/ emotional
argument (pathos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan efek emosi positif
maupun negatif. Misalnya, iklan yang menyenangkan, lucu dan membuat kita
berempati termasuk menggunakan pendekatan psychological argument dengan efek
emosi yang positif. Sedangkan iklan yang menjemukan, memuakkan bahkan membuat kita
marah termasuk pendekatan psychological argument dengan efek emosi negatif.
3.
Argument based on
credibility (ethos), yaitu ajakan atau arahan yang dituruti oleh
komunikate/ audience karena komunikator mempunyai kredibilitas sebagai pakar
dalam bidangnya. Contoh, kita menuruti nasehat medis dari dokter, kita mematuhi
ajakan dari seorang pemuka agama, kita menelan mentah-mentah begitu saja kuliah
dari dosen. Hal ini semata-mata karena kita mempercayai kepakaran seseorang
dalam bidangnya.
Menurut
Burgon & Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan agar komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya lebih
efektif yaitu agar lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain. Beberapa
pendekatan itu antaranya;
1.
Pendekatan berdasarkan
bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebaga bukti
argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan.
2.
Pendekatan berdasarkan
ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience atau
komunikate dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan
komunikator. Misalnya, bila terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah
maka pemerintah dengan pendekatan ketakutan dapat mempersuasi masyarakat untuk
mencegah DBD.
3.
Pendekatan berdasarkan
humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan
memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif.
Contoh, iklan-iklan yang menggunakan bintang comedian atau menggunakan humor
yang melekat di hati masyarakat.
4.
Pendekatan berdasarkan
diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh
audience/ komunikate dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negative.
Misalnya, iklan rokok dengan diksi “nggak ada loe nggak rame…”.
Namun
keempat pendekatan tersebut dapat dikombinasikan sesuai dengan tujuan persuasi
dari komunikator. Misalnya pendekatan berdasarkan humor dikombinasikan dengan
pendekatan berdasarkan diksi. Ataupun pendekatan berdasarkan ketakutan
dikombinasikan dengan pendekatan berdasarkan bukti.
Wewenang dan Peran wewenang dalam manajemen
Wewenang
adalah hak untuk membuat keputusan, mengarahkan orang lain dan hak memberi
perintah.
Sumber:
Sirait.T, Justine. Memahani Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia
dalam Organisasi. Jakarta: Grasindo
Wewenang lini
Wewenang lini adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas bawahannya langsung. Yaitu atasan langsung memberi wewenang kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang perintah dan tercermin sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan melalui tingkatan organisasi.
Wewenang staff
Wewenang staff adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini. Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan menganalisa melalui metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau dengan menggabungkan ketiganya. Baishline mengajukan enam pokok kualifikasi yang harus dipengaruhi oleh seorang staf yaitu :
1. Pengetahuan yang luas tempat diamana dia bekerja
2. Punya sifat kesetiaan tenaga yang besar, kesehatan yang baik, inisiatif, pertimbangan yang baik dan kepandaian yang ramah.
3. Punya semangat kerja sama yang ramah
4. Kestabilan emosi dan tingkat laku yang sopan.
5. Kesederhanaan
6. Kemauan baik dan optimis
Wewenang lini adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas bawahannya langsung. Yaitu atasan langsung memberi wewenang kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang perintah dan tercermin sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan melalui tingkatan organisasi.
Wewenang staff
Wewenang staff adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini. Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan menganalisa melalui metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau dengan menggabungkan ketiganya. Baishline mengajukan enam pokok kualifikasi yang harus dipengaruhi oleh seorang staf yaitu :
1. Pengetahuan yang luas tempat diamana dia bekerja
2. Punya sifat kesetiaan tenaga yang besar, kesehatan yang baik, inisiatif, pertimbangan yang baik dan kepandaian yang ramah.
3. Punya semangat kerja sama yang ramah
4. Kestabilan emosi dan tingkat laku yang sopan.
5. Kesederhanaan
6. Kemauan baik dan optimis
Kekuasaan
Definisi
Kekuasaan
Kekuasaan
(power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk mempengaruhi perilaku B
sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi ini mengimplikasikan
sebuah potensi yang tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah
hubungan ketergantungan. Kekuasaan bolah saja ada, tetapi tidak digunakan.
Karena itu, kekuasaan merupakan suatu kemampuan atau potensi.
Sumber :
Robbins, Stephen.P, dkk. 2008. Organizational Behavior. Jakarta:
Salemba Empat
Sumber
Kekuasaan menurut French & Raven
French
& Raven (1959) menyusun sebuah kategorisasi sumber kekuasaan ditinjau
dari hubungan anggota (target) dan pemimpin (agent).
1. Kekuasaan
ganjaran : Target taat agar ia mendapatkan ganjaran yang
diyakininya dikuasai atau dikendalikan oleh agent.
2. Kekuasaan
koersif (pemaksaan) : Target taat agar ia terhindar dari hukuman yang
diyakininya diatur oleh agent.
3. Kekuasaan
resmi (legitimate) : Target taat karena ia yakin bahwa agent mempunyai hak
untuk membuat ketentuan atau peraturan dan bahwa target mempunyai kewajiban
untuk taat.
4. Kekuasaan
keahlian (expert) : Target taat karena ia yakin atau percaya bahwa agent
mempunyai pengetahuan khusus tentang cara yang terbaik untuk melakukan sesuatu.
5. Kekuasaan
rujukan : Target taat karena ia memuja agent atau mengidentifikasikan dirinya
dengan agent dan mengharapkan persetujuan agent.
Sumber :
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok
dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Teori-Teori Leadership
Definisi
Leadership
Leadership
atau kepemimpinan Menurut Hampil adalah langkah pertama yang hasilnya
berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan
problem-problem yang saling berkaitan.
Menurut Stogdill, Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian
tujuan.
Sumber:
Rumanti, Assumpta Maria. 2002. Dasar-Dasar Public Relation.
Jakarta: Grasindo
Teori-Teori
Kepemimpinan Partisipatif
1. Teori X
dan Y dari Douglas McGregor
Douglas
McGregor mengembangkan Teori X dan Teori Y. Dia berpendapat bahwa Teori X
merepresentasikan dengan baik pandangan dari manajemen ilmiah dan Teori Y
merepresentasikan pendekatan hubungan manusia. McGregor yakin bahwa Teori Y
merupakan filosofi yang paling baik untuk semua manajer.
Asumsi
Teori X
- Orang tidak suka bekerja dan mereka berusaha untuk
menghindarinya.
- Orang
tidak suka bekerja, sehingga manajer harus mengendalikan, mengarahlan, memaksa,
dan mengancam pekerja agar mereka mau bekerja menuju tujuan organisasi.
- Orang cenderung suka untuk diarahkan, menghindari tanggung jawab
dan menginginkan keamanan mereka memiliki sedikit ambisi.
Asumsi
Teori Y
- Orang
tidak secara alami membenci pekerjaan, pekerjaan merupakan suatu bagian yang
alami dari hidup mereka.
- Orang
secara internal termotivasi untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawab
mereka.
- Orang
mengikatkan diri pada tujuan hingga suatu tingkat dimana mereka menerima
penghargaan pribadi ketika mereka mencapai tujuan mereka.
- Orang
akan mencari dan menerima tanggung jawab dalam kondisi yang disukai.
- Orang
memiliki kapasitas untuk berinovasi dalam memecahkan masalah organisasi.
- Orang
pada dasarnya cerdas tapi dalam kebanyakan kondisi organisasi, potensi mereka
kurang dimanfaatkan secara penuh.
Sumber:
Griffin, Ricky. 2004. Manajemen. Jakarta: Erlangga
2. Teori
Sistem 4 dari Rensin Likert
Teori Empat
Sistem (bahasa Inggris: Four Systems Theory) adalah salah satu teori komunikasiyang mengkaji hubungan antar manusia melalui hasil dari produksinya
dilihat dari kacamata manajemen. Rensis
Linkert dari Universitas
Michighan mengembangkan model peniti penyambung (linking pin model) yang
menggambarkan struktur organisasi. Bila seseorang memperhatikan dan memelihara
pekerjanya dengan baik maka operasional organisasi akan membaik.
Fungsi-fungsi
manajemen berlangsung dalam empat sistem:
1.
Sistem Pertama: Sistem yang
penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan
besi dan tidak memerlukan umpan balik. Atasan tidak memiliki kepercayaan
terhadap bawahan dan bawahan tidak memiliki kewenangan untuk mendiskusikan
pekerjaannya dengan atasan. Akibat dari konsep ini adalah ketakutan, ancaman
dan hukuman jika tidak selesai. Proses komunikasi lebih banyak dari atas
kebawah.
2.
Sistem Kedua: Sistem yang
lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitif terhadap kebutuhan
karyawan. Manajemen berkenan untuk percaya pada bawahan dalam hubungan atasan
dan bawahan, keputusan ada di atas namun ada kesempatan bagi bawahan untuk
turut memberikan masukan atas keputusan itu.
3.
Sistem Ketiga: Sistem
konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari karyawan. Disini karyawan
bebas berhubungan dan berdiskusi dengan atasan dan interaksi antara pimpinan
dan karyawan nyata. Keputusan di tangan atasan, namun karyawan memiliki andil
dalam keputusan tersebut.
4.
Sistem Keempat: Sistem
partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan. Disini
manajemen percaya sepenuhnya pada bawahan dan mereka dapat membuat keputusan.
Alur informasi keatas, kebawah, dan menyilang. Komunikasi kebawah pada umumnya
diterima, jika tidak dapat dipastikan dan diperbolehkan ada diskusi antara
karyawan dan manajer. Interaksi dalam sistem terbangun, komunikasi keatas umumnya
akurat dan manajer menanggapi umpan balik dengan tulus. Motivasi kerja
dikembangkan dengan partisipasi yang kuat dalam pengambilan keputusan,
penetapan goal setting (tujuan) dan penilaian .
Teori empat
sistem ini menarik karena dengan penekanan pada perencanaan dan pengendalian
teori ini menjadi landasan baik untuk teori posisional dan teori hubungan antar
pribadi.
3. Theory
of Leadership Pattern Choice dari Tannenbaum dan Scmidt
Gaya
Kepemimpinan Kontinum (Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt) Kedua
ahli menggambarkan gagasannya bahwa ada dua bidang pengaruh yang ekstrem , pertama bidang
pengaruh pimpinan kedua bidang pengaruh kebebasan bawahan.
Pada bidang pertama pemimpin menggunakan otoritas dalam gaya kepemimpinannya,
sedangkan pada bidang kedua pemimpin menunjukkanm gaya yang demokratis. Kedua
bidang ipengaruh ini dipengaruhi dalam hubungannya kalau pemimpin melakukan
aktivitas pembuatan keputusan.
Ada 7
model gaya pembuatan keputusan yang dilakukan pemimpin.
1. Pemimpin
membuat keputusan kemudian mengumumkan kepada bawahannya. Dari model ini
terlihat bahwa otoritas yang digunakan atasan terlalu banyak sedangkan daerah
kebebasan bawahan terlalu sempit sekali.
2. Pemimpin
menjual keputusan. Dalam hal ini pemimpin masih terlihat banyak menggunakan
otoritas yang ada padanya, sehingga persis dengan model yang pertama. Bawahan
disini belum banyak terlibat dalam pembuatan keputusan.
3. Pemimpin
memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan mengundang
pertanyaan-pertanyaan. Dalam model ini pemimpin sudah menunjukkan kemajuan,
karena membatasi penggunaan otoritas dan memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bawahan sudah sedikit terlibat dalam
pembuatan keputusan.
4. Pemimpin
memberikan keputusan bersifat bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah.
Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam rangka pembuatan keputusan, sementara
otoritas pemimpin sudah mulai dikurangi penggunaannya,
5. Pemimpin
memberikan persoalan, meminta saran-saran dan membuat keputusan. Disini
otoritas pimpinan digunakan sedikit mungkin, sebaliknya kebebasan bawahan dalam
berpartisipasi membuat keputusan sudah banyak digunakan.
6. Pemimpin
merumuskan batas-batasnya, dan meminta kelompok bawahan untuk membuat
keputusan. Partisipasi bawahan dalam kesempatan ini lebih besar dibandingkan
kelima model diatas.
7. Pemimpin
mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah
dirumuskan oleh pimpinan. Model ini terletak pada titik ekstrem penggunaan
kebebasan bawahan, adapun titik ekstrem penggunaan otoritas terdapat pada nomor
satu di atas.
Contingency
theory of Leadership dari Fiedler
Dalam
teorinya yang dikenal sebagai teori kontingensi, Fielder memberikan tekanan
pada efektivitas dari suatu kelompok. Dikatakan bahwa efektivitas suatu
organisasi tergantung pada (is contingent upon) dua variabel
yang saling berinteraksi yaitu (1) Sistem motivasi dari pemimpin dan (2)
tingkat atau keadaan yang menyenangkan dari situasi.
Berdasarkan
teori ini, situasi kepemimpinan digolongkan pada 3 dimensi: (1) hubungan
pemimpin-anggota yaitu bahwa pemimpin akan mempunyai lebih banyak
kekuasaan dan pengaruh, apabila ia dapat menjalin hubungan yang baik dengan
anggotanya artinya kalau ia disenangi, dihormati dan dipercaya. (2) struktur
tugas, yaitu bahwa penugasan yang terstruktur baik, jelas, terprogram akan
memungkinkan pemimpin lebih berpengaruh dari pada kalau penugasan itu kabur,
tidak jelas dan tidak terstruktur. (3) posisi kekuasaan, pemimpin
akan mempunyai kekuasaan dan pengaruh lebih banyak apabila posisinya atau
kedudukannya memperkenankan ia memberi ganjaran, hukuman, mengangkat dan
memecat daripada kalau ia tidak memiliki kedudukan seperti itu.
Sumber:
Salusu,J. 2003. Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Grasindo
Path
Goal Theory
Path
goal theory yang diungkapkan oleh House dan Mitchell (1979). Menurut
teori ini, para pemimpin bisa efektif karena pengaruh mereka terhadap motivasi
bawahan. Pemimpin dapat membangkitkan bawahan untuk menampilkan dan mencapai
kepuasan dari pekerjaan yang akan dilakukan. Teori yang mulai berkembang sejak
hampir tiga dasawarsa lalu ini disebutpath goal karena perhatian
utamanya diletakkan pada bagaimana pemimpin mempengaruhi persepsi bawahan dalam
mencapai tujuan mereka, tujuan-tujuan pribadi dan cara atau jalan dalam
pencapaian tujuan itu. Teori path goal ingin memperlihatkan
bahwa ia maju selangkah daripada teori sifat misalnya oleh karena ia tidak
hanya menampilkan gaya kepemimpinan yang paling efektif (yaitu direktif,
suportif, orientasi pada prestasi dan partisipatif) tetapi pendekatan ini juga
berusaha menjelaskan mengapa itu paling efektif. Kepemimpinan yang efektif
menurut Siagian (1982) ialah “Kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, memelihara,
dan mengembangkan usaha dan iklim yang koperatif dalam kehidupan
organisasional.
Sumber:
Salusu, J. 2003. Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Grasindo
Motivasi
Pengertian
Motivasi
Menurut
Weiner (1990) yang dikutip Elliot (2000) motivasi didefinisikan sebagai kondisi
internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai
tujuan tertentu dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu.
Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang
kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan
tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003).
Sumber: Nursalam,
& Effendi, Ferry. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Teori
Drive Reinforcement
Skinner
mengemukakan suatu teori proses motivasi yang disebut operant conditioning.
Pembelajaran timbul sebagai akibat dari perilaku, yang juga disebut modifikasi
perilaku. Perilaku merupakan operant yang dapat dikendalikan dan diubah melalui
penghargaan dan hukuman. Perilaku positif yang diingkinkan harus dihargai atau
diperkuat, karena penguatan akan memberikan motivasi, meningkatkan kekuatan
dari suatu respons atau menyebabkan pengulangannya.
Sumber: Nursalam,
& Effendi, Ferry. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Implikasi
praktisnya : Seorang Sales Promotion Girl (SPG) di salah satu hyper
market di kawasan Jakarta yang pada awalnya mendapat posisi menjadi SPG,
sekarang ia menduduki jabatan sebagai administrasi untuk sebuah produk yang ia
kerjakan. Hal tersebut dikarenakan semasa ia menjadi SPG, ia berhasil memenuhi
target yang dicapai bahkan mungkin, ia menjadi salah satu SPG yang dapat
melebihi target disetiap minggunya.
Berdasarkan contoh diatas, hal tersebut termasuk kedalam teori motivasi yaitu drive reinforcement yang lebih spesifik lagi termasuk kedalam reward. Yakni jika SPG tersebut dapat memenuhi atau melebihi target, maka ia dijanjikan akan naik jabatan.
Berdasarkan contoh diatas, hal tersebut termasuk kedalam teori motivasi yaitu drive reinforcement yang lebih spesifik lagi termasuk kedalam reward. Yakni jika SPG tersebut dapat memenuhi atau melebihi target, maka ia dijanjikan akan naik jabatan.
Teori
Harapan ( Victor H. Vroom’s Expectancy Theory)
Teori
harapan dikembangkan oleh Vroom yang diperluas oleh Potler dan Lawler. Inti
dari teori harapan terletak pada pendapat yang mengemukakan bahwa kuatnya
kecenderungan seseorang bertindak bergantung pada harapan bahwa tindakan
tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan terdapat daya tarik pada
hasil tersebut bagi orang yang bersangkutan (Siagian, 2004).
Sumber: Nursalam,
& Effendi, Ferry. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Implikasi
praktisnya : Implikasi praktis dari teori di atas yaitu; dalam kasus Sales
Promotion Girl (SPG) misalnya, ketika SPG tersebut menginginkan kenaikan
jabatan yang juga disertai dengan peluang yang besar untuk kenaikan jabatan
maka SPG tersebut akan berusaha semaksimal mungkin tetapi jika harapan untuk
mencapai kenaikan jabatan itu rendah (kemungkinannya kecil) maka SPG tersebut
akan bermalas-malasan dalam mencapai keinginannya. Disinilah teori motivasi
harapan sangat berperan besar dalam mencapai suatu tujuan organisasi.
Teori
Tujuan (Edwin Locke’s Theory)
Dalam
teori ini, Edwin Locke mengemukakan kesimpulan bahwa penetapan suatu tujuan
tidak hanya berpengaruh terhadap pekerjaan saja, tetapi juga mempengaruhi orang
tersebut untuk mencari cara yang efektif dalam mengerjakannya (Mangkunegara,
2005). Kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang tinggi. Tujuan yang sulit sekalipun
apabila ditetapkan sendiri oleh orang yang bersangkutan atau organisasi yang
membawahinya akan membuat prestasi yang meningkat, asalkan dapat diterima
sebagai tujuan yang pantas dan layak (Siagian, 2004).
Sumber: Nursalam,
& Effendi, Ferry. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Teori
Hirarki Kebutuhan Maslow
1. Kebutuhan Faali yang
diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti zat asam, air, makanan, minuman,
udara. Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan /
rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil,
bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan keamanan. Kita
perlu merasa bebas dari ancaman terhadap hidup kita, seperti kebutuhan akan
keakraban, keteraturan, dan mempunyai rumah tempat tinggal. Contoh seperti
: Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari
teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan akan belonging dan cinta. Semua orang ingin merasakan bahwa mereka tergolong pada
sesuatu dan bahwa paling tidak satu orang mencintai/menyayanginya.
4. Kebutuhan akan penghargaan dan harga diri. Kita perlu merasa bahwa kita berharga dan mampu, dan bahwa
masyarakat menghargai sumbangan kita terhadapnya. Contoh : pujian, piagam,
tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan aktualisasi/ perwujudan diri. Kebutuhan akan pengembangan dan perwujudan potensi kita
sepenuhnya, termasuk imajinasi dan kreativitas.
(Sumber: Munandar,
Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar