Malam itu langit terlihat begitu
indah berhiaskan bintang-bintang yang menjadi cahaya penerang malam, bulan pun
terlihat tersenyum menyambut indahnya malam. Hembusan angin malam itu seakan
membawa ku ikut hanyut dalam kedamaian malam. Bintang malam yang indah membuat
pandangan ku tak kuasa untuk dialihkan, sesekali aku menunjuk bintang-bintang
kecil itu dengan jari jemariku dan membuat garis yang saling dihubungkan
sehingga membentuk sebuah objek. Tiba-tiba perhatianku
teralihkan dengan suara dering handphone, ternyata ada sebuah pesan singkat
dari temanku bernama Iska. Aku pun segera membaca pesan singkat tersebut dan
temanku mengajak jalan ke salah satu tempat di Jakarta, kemudian aku menyetujui
ajakannya itu. Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 22.00 wib kemudian aku
pun bergegas untuk pergi tidur. Tak lupa sebelum tidur, aku pun berdoa dan
berharap agar hari esok menjadi hari yang menyenangkan. Malam terus berlalu,
bulan pun semakin menyempurnakan bentuknya dan membawa aku terlelap tidur.
Mentari
pagi mulai menampakan sinarnya, mengawali semangat pagi ku menyambut pagi yang
cerah ini.
Aku pun mulai bersiap-siap untuk mandi, karena Iska bilang aku harus sampai di
stasiun kereta pukul 10.00 wib. Setelah mandi, aku mulai mengambil baju yang
akan ku pakai dan mencocokannya dengan kerudung. Aku pun mulai merapikan
kerudungku yang berwarna biru muda dan ku pasangkan sebuah bross bunga, lalu
aku mengambil tas kecil dan ku selempangkan di bahu. Tak lupa aku mengisi
perutku dengan roti tawar yang diolesi dengan selai strawberry dan meneguk
segelas susu hangat, setelah sarapan selesai aku mengambil sepatu dan
memakainya kemudian aku pun pamit. Karena rumahku lumayan jauh dari stasiun
kereta aku harus satu kali naik angkot. Sesampainya di stasiun, Iska belum
terlihat dan aku menunggu dia di peron. Beberapa saat kemudian ada yang menepuk
bahuku dan aku pun menoleh ternyata Iska yang menepuk bahuku. Lalu kami
bergegas masuk ke dalam kereta karena sebentar lagi kereta akan berangkat.
Tidak terasa 1 jam berlalu dan kami pun berhenti di
stasiun terakhir perberentian kereta. Tempat yang menjadi tujuan aku dan Iska
memang tidak begitu jauh dari stasiun kereta, lalu kami memutuskan untuk
berjalan kaki. Sepanjang perjalanan aku melihat bangunan-bangunan tua yang
begitu indah dan seakan membawa atmosfer kembali ke tempo dulu, aku pun
mengabadikan bangunan tua yang indah itu dengan memotretnya. Tidak jauh dari tempat
itu, aku melihat sebuah museum yang berisi benda-benda bersejarah peninggalan
suatu kerajaan zaman dahulu. Lalu akhirnya kami masuk ke dalam museum tersebut,
benda-benda peninggalan yang ada disetiap sudut museum itu membuat kami takjub.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali dan Iska tertarik untuk
berkeliling menggunakan sepeda, sepeda-sepeda itu memang disewakan untuk para
pengunjung. Kami menyewa 2 sepeda kemudian kami pun berkeliling dengan mengayuh
sepeda. Sesekali aku berhenti untuk mengambil gambar bangunan-bangunan tua yang
berada di sepanjang jalan, matahari yang begitu terik membuat tenggorokanku
terasa kering lalu aku mengajak Iska berhenti sejenak untuk menikmati ice cream
Italia yang sudah buka sejak tahun 1932. Suasana di tempat itu begitu terasa
seperti pada zaman dulu, ditandai dengan bangunan yang masih berciri seperti
bangunan kuno dan lukisan-lukisan yang terpasang di dindingnya menambah indah
suasana. Kami pun menikmati ice cream dan sambil melepas lelah setelah
berkeliling mengayuh sepeda, setelah sudah puas menikmati ice cream kami pun
kembali mengayuh sepeda. Ketika kami menyusuri jalan yang masih dekat dengan
tempat ice cream, aku melihat sebuah banner besar yang di pasang di pinggir
jalan kemudian aku pun memberhentikan sepedaku dan membaca isi banner tersebut
sementara Iska terus melaju. Setelah aku membaca ternyata isinya tentang sebuah
festival Jepang yang akan di adakan di salah satu Mall, di festival tersebut
akan ada fashion show (memakai yukata dan kimono), cosplay, makanan-makanan
khas Jepang dll. Dan aku pun tertarik untuk mengikuti fashion show memakai
yukata karena memang dari dulu aku tertarik dengan kebudayaan dari negeri
sakura tersebut, sampai aku sudah mengikuti kuis-kuis yang berhadiah
jalan-jalan ke Jepang dan pada saat SMA aku pernah mengikuti seleksi pertukaran
pelajar namun aku belum beruntung untuk pergi kesana. Kemudian aku pun
melanjutkan perjalanan karena bila terlalu lama berhenti Iska akan mengira aku
tersesat. Ketika aku sampai kembali ke tempat penyewaan sepeda aku melihat Iska
yang sudah sampai duluan. Hari mulai sore, mentari mulai menyembunyikan
sinarnya dan kami harus segera pulang. Kami pun berjalan menuju stasiun kereta,
tak lama kereta jurusan ke Bogor datang dan kami segera masuk ke dalam kereta.
Iska terlihat lelah begitu pun dengan ku namun hari ini begitu menyenangkan.
Sepanjang perjalanan di kereta kami tertidur dan tak terasa 1 jam berlalu di
kereta lalu sampailah kami di stasiun pemberhentian terakhir. Aku dan Iska
berbeda arah pulang dan kami harus berpisah, aku melambaikan tangan kepada Iska
dan Iska pun melambaikan tangan kepadaku.
Jam weker berdering keras menandakan aku harus bangun,
tetapi karena aku masih mengantuk lalu aku hanya mematikan jam weker itu dan
menarik selimut kemudian melanjutkan tidur. Entah kenapa di saat aku terlelap
dalam tidur aku bermimpi dan isi dari mimpi itu aku mengikuti fashion show
mamakai yukata lalu ketika aku sedang berlenggak- lenggok di catwalk aku
terjatuh dan pada saat itu aku malu dengan banyak orang yang melihatku, pipiku
pun menjadi memerah menahan malu. Mimpi itu berakhir saat kakak ku membangunkan
ku dan ternyata aku terjatuh dari tempat tidur. Aku pun membuka mata perlahan
dan berkata dalam hati “Untung itu semua hanya mimpi, apa jadinya jika itu
adalah kenyataan”. Mimpi itu muncul karena memang besok aku akan mengikuti
fashion show di festival Jepang dan akan menjadi pengalaman pertama mengikuti
fashion show, lalu
secara tidak sadar semua itu di represi ke dalam alam bawah sadarku dan
akibatnya muncul di dalam mimpi. Ketika sudah cukup
mengumpulkan nyawa selama beberapa menit, aku pun perlahan membuka sebuah
lemari dan berniat untuk melihat yukata yang akan dipakai besok. Yukata yang
berwarna pink dan bercorak gambar bunga-bunga itu masih terlihat indah, yukata
itu merupakan hadiah yang diterima 1 tahun lalu dari seorang teman yang berada
di Jepang. Dia mengirimkannya sebagai tanda persahabatan, negara yang memiliki 4
musim yaitu musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim semi dan membuat
siapa saja ingin berkunjung kesana. Sering kali dia menyuruhku untuk
mengunjungi negaranya, saat
musim semi bunga-bunga sakura sedang mekar dan terlihat begitu indah dan menurutnya
jika aku kesana pada saat musim semi dia mengajak untuk sekedar duduk-duduk di
bawah pohon sakura menikmati keindahan bunga sakura istilah di Jepang (Hanami).
Dia
juga mengatakan apabila aku kesana dia akan memperkenalkan negaranya dan
menemaniku ketempat-tempat yang ingin aku kunjungi disana terutama Tokyo
Disneyland yang merupakan impian aku sejak kecil karena disana banyak
tokoh-tokoh disney yaitu mickey mouse, donald duck, winnie the pooh dan masih
banyak lagi. memang semua itu merupakan salah satu impian-impian aku untuk
pergi kesana tetapi sekarang bukanlah waktunya dan dia juga mengatakan “Jika
kamu kesini jangan lupa untuk mengabariku”. Hal yang menarik walaupun Indonesia
hanya mempunyai 2 musim tetapi membuat dia ingin mengunjungi Indonesia lagi, yaa
memang dia sudah pernah ke Indonesia untuk membuat suatu penelitian. Setelah
sudah puas memandangi yukata yang akan dipakai untuk fashion show besok,
kemudian aku menutup kembali lemari.
Awan
yang terus berlalu merubah warnanya dari gelap menjadi terang, bintang di
angkasa seakan terhapus oleh awan biru yang membawa harapan bahwa sepanjang
hari ini akan cerah. Aku pun siap untuk memulai hariku dengan penuh
semangat, ku masukan yukata ke dalam tas ranselku dan aku pun siap berangkat ke
acara festival Jepang, untuk menuju kesana aku naik kereta selama 1 jam
kemudian naik busway dan sampailah aku di acara festival tersebut. Pertama aku
harus registrasi terlebih dahulu dan mendaftarkan namaku untuk mengikuti
fashion show, antrian yang begitu lumayan panjang bukan hanya untuk mengikuti
acara fashion show tetapi ada cosplay dan band-band yang akan mengisi acara.
Setelah registrasi selesai aku pun melihat pernak-pernik ala Jepang dan berniat
untuk membelinya lalu aku membeli kaos berwarna merah yang bergambar onigiri
face, gambarnya lucu karena onigiri yang merupakan makanan dari Jepang di buat
menarik dengan menampilkan emosi wajah onigiri yang sedang gembira, sedih,
malu. Aku juga membeli gantungan kunci dan sebuah kipas. Kemudian fashion show
dimulai, perasaan cemas pun muncul karena 1 hari sebelumnya aku bermimpi yang
sangat memalukan menurutku. Tetapi aku memberanikan diri untuk tampil, banyak
orang-orang yang memotret ketika kami sedang berjalan di catwalk. Setelah
selesai aku pun merasa senang karena semua berjalan dengan lancar dan mimpiku
tidak menjadi kenyataan lalu pengumuman pemenang di umumkan ternyata namaku
tidak termasuk dalam daftar salah satu pemenang walaupun tidak menjadi pemenang
aku tetap senang, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menghampiriku.
dia mengatakan “Walaupun kamu tidak menjadi
pemenang, tetapi yukata yang kamu kenakan sangat bagus dan indah”.
Dengan wajah yang
tersipu malu aku pun menjawab “Arigatougozaimasu” sambil
membungkukkan badan.
Kemudian dia tersenyum dan
sekilas menatapku. Kami pun sedikit mengobrol, laki-laki itu bernama Ibam dan
ternyata dia adalah seorang mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di salah
satu perguruan tinggi negeri yang masih dekat dengan kampusku. Dia datang ke
acara festival Jepang karena memang dia sangat menyukai makanan dan anime-anime
yang berasal dari negeri sakura tersebut, kemudian dia mengajak aku mencicipi
makanan khas Jepang yaitu sushi dan tempura. Kami juga sempat berfoto bersama
dengan orang yang memakai costum samurai X. Pertemuan singkat itu membuat aku
dan dia terlihat akrab karena kami memiliki kegemaran yang sama, sebelum aku
dan dia berpisah, dia mengatakan “Mungkin kita bisa datang bersama jika ada
festival-festival Jepang berikutnya”.
“Iyaa, sampai ketemu di
festival berikutnya” jawab aku.
“Kasih tahu aku yaa
kalau ada festival berikutnya” sambil memberikan no handphonenya.
“Ok, see you next time”
jawabku dengan melambaikan tangan kepadanya.
Terlihat senyum lebar
dari wajahnya ketika aku melambaikan tanganku.
Hmmm, aku pun menghela
nafas dan tergumam dalam hati “Hari yang begitu melelahkan sekaligus
menyenangkan bagiku karena aku mendapat pengalaman yang tidak terlupakan yaitu
mengikuti fashion show dan bertemu dengan teman baru yang sama-sama menyukai
kegemaran yang sama”. Acara festival selesai lalu aku harus segera pulang
ketika ku menatap keluar ternyata hujan rintik-rintik, sebelum hujan membasahi
yukata kesayanganku aku harus menggantikan dengan baju yang di pakai waktu berangkat
dan tak mungkin aku memakai yukata ketika pulang. Kemudian aku mengeluarkan payung
dan bergegas pulang.
Liburan
telah usai dan sekarang waktunya kembali ke rutinitas yaitu kuliah, dan
tugas-tugas pun menanti. Hari pertama masuk kuliah setelah libur memang masih
menyisakan rasa malas tetapi karena dosen sudah memberikan tugas mau tidak mau
harus dikerjakan, aku pun harus mencari referensi buku untuk di jadikan sumber
materi makalah yang akan ku buat. Lalu aku berniat untuk mencari buku di
perpustakaan di salah satu perguruan tinggi negeri yang berada tidak jauh dari
kampusku karena memang disana ada fakultas psikologi dan buku-buku tentang
psikologinya pun cukup lengkap. Pada waktu jam kuliah tidak padat sampai sore kemudian
aku memanfaatkannya dengan mengunjungi perpustakaan. Saat aku sedang
mencari-mencari buku di rak buku psikologi terlihat di sudut kanan seseorang
yang pernah ku lihat sebelumnya, yaa benar itu Ibam seorang mahasiswa jurusan
hubungan Internasional yang aku kenal sejak di festival Jepang beberapa hari
yang lalu. Ketika aku masih saja
melihatnya dari kejauhan lalu dia pun menoleh ke arah ku, awalnya wajahnya
terlihat ragu melihatku kemudian perlahan dia menghampiriku untuk memastikan
bahwa dia pernah bertemu denganku.
Tiba-tiba dia memanggilku “Erina....kamu yang pernah bertemu denganku waktu
acara festival Jepang kan?” dengan wajah heran Ibam.
“Iyaaa kamu benar” jawab
aku dengan senyum mengembang di bibirku.
“Kamu sedang mencari
buku apa Rin?” tanya Ibam.
“Aku sedang mencari buku
psikologi untuk di jadikan referensi membuat makalah” jawab aku sambil memegang
sebuah buku.
“Oh begitu, sini aku
bantu cari yaa?” jawab dia dengan menampakan senyumnya.
Lalu dia membantuku
mencarikan buku dan setelah mendapatkan buku yang aku butuhkan aku pun pamit
pulang. Namun dia berniat mengantarku sampai depan kampus, sepanjang jalan dia
mengajakku mengobrol dan kami terlihat lebih akrab. Sebelum aku pamit pulang tak
lupa aku mengucapkan terimakasih kepada dia karena sudah membantu ku mencari
buku, dia pun merasa tidak keberatan untuk membantu ku.
Sejak pertemuan itu aku dan dia sering bertemu dan
terkadang kita saling sharing dalam hal apapun, walaupun tempat kuliah kami
berbeda dan jurusan kami berbeda aku psikologi sementara dia hubungan Internasional
namun dia juga tertarik untuk belajar mengenai psikologi. Hari demi hari terus berlalu
kami pun semakin dekat dan hingga sampailah dia di suatu pencapaian yaitu
kelulusan dan mendapatkan gelar S1 dengan nilai yang memuaskan, memang aku dan
dia berbeda 1 tingkat sementara aku harus menunggu 1 tahun lagi untuk lulus.
Selang beberapa bulan setelah dia lulus, lalu dia mendapat kabar bahwa dia
mendapat beasiswa di salah satu Universitas di Jepang. Jepang memang salah satu
negara impian kami untuk bisa pergi kesana. Kabar tersebut merupakan kabar
gembira buat aku dan dia sekaligus merupakan kabar yang menyedihkan bagiku
karena aku harus berpisah dengan dia, entah sampai kapan dia harus berada disana.
Sehari sebelum keberangkatannya aku semakin merasa bahwa kesepian akan
menghampiriku namun karena untuk kebahagian dan masa depannya aku tak ingin
membuatnya sedih, aku berusaha menyembunyikan sedihku bila sedang dengannya.
Hingga hari keberangkatannya pun tiba, aku menemani dia ke bandara dan ternyata
disana juga ada orang tua dan adik perempuannya. Dia merupakan anak pertama dan
mempunyai 2 adik, dia pun sempat memperkenalkanku dengan orang tua dan adiknya.
Mereka terlihat ramah dengan ku lalu beberapa menit sebelum dia berangkat dia memberiku sebuah barang dan
ternyata sebuah kotak musik berbentuk hati ketika ku buka ada seorang penari
yang berputar diiringi dengan alunan musik.
Dia mengatakan “Jika
kamu merasa kesepian maka dengarkanlah musik ini atau kamu bisa menghubungiku
lewat skype”. Aku mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca.
“Tahu dari mana aku akan
kesepian? sok tau kamu” dengan suara yang ceria aku menjawabnya seolah menyembunyikan
perasaan sedih.
“Tuh lihat matamu sudah
berkaca-kaca, dan sebentar lagi hujan akan turun dari matamu” Jawabnya dengan
canda.
“Iiih ini tadi mataku
kelilipan debu tauu” jawabku sambil mengucekan mata. Lalu aku terkejut ketika
dia meniup mataku, dengan refleks aku memejamkan mata dan menutup mataku dengan
telapak tangan.
Sambil menutup mata aku
berkata“Sudah...sudah... mataku baik-baik saja koq”
“Loh, katanya kamu
kelilipan makanya aku tiup” jawabnya dengan serius.
“Sekarang sudah engga
koq, kamu siap-siap sana pesawat akan segera berangkat” jawabku
“Sukses yaa dengan kuliahnya...Ganbatte”
jawabku dengan menunjukkan senyum lebar dibibirku.
“Iyaaa Erinaku yang
manja.., kamu juga harus tetap semangat semoga lulus dengan nilai yang
memuaskan” jawabnya dengan mengelus kepalaku.
Waktu pun terus berjalan
hingga tibalah waktu aku dan dia harus segera berpisah, kami pun berkumpul lalu
dia pamit dengan ayah, adik, aku dan mencium ibundanya. Dia melambaikan tangan
kepada semuanya, setelah dia berangkat aku pun segera pamit kepada orang tua
dan adiknya. Beberapa langkah ketika aku meninggalkan semuanya, air mata ku
menetes dan membasahi pipiku lalu segera ku hapus dengan tissue.
1 minggu setelah keberangkatannya, aku memang tidak
menghubunginya walau aku merasa sangat kehilangan karena aku tahu pasti dia
sedang sibuk dengan studinya, ketika aku mengecheck email masuk ternyata 2 hari
yang lalu dia mengirim email dan menyuruhku membuka skype dan aku merasa
bersalah karena belum membuka email masuk. Aku segera membalas emailnya dan
meminta maaf kemudian menyuruh dia untuk membuka skype. Dan kami pun video call
di skype, syukurlah dia dalam keadaan baik-baik saja mungkin dia sudah bisa
beradaptasi dengan lingkungan disana. Dia juga terus memberiku semangat karena beberapa
bulan lagi aku akan sidang skripsi. Lalu kami akhiri obrolan singkat itu,
disana sudah larut malam karena Indonesia dan Jepang mempunyai selisih waktu 2
jam. Dingin malam seakan
membelenggu dihatiku ketika aku rindu dengannya, tetapi rindu itu sedikit
berkurang jika aku membuka kotak musik yang dia berikan ketika akan berangkat.
Hingga alunan musik dari kotak musik itu mengantarkanku terlelap dalam tidur.
Hari-hariku
terus berlalu dengan kesunyian yang terpahat direlung hati, hingga kini
sampailah aku di titik kelulusan yang akan menghantarku untuk kembali mengejar mimpi-mimpi
yang selama ini hanya menjadi angan.
Kabar baik ini membuat keluargaku bahagia mendengarnya, aku sangat
berterimakasih kepada kedua orangtuaku karena mereka adalah semangatku selama
ini. Aku juga memberitahukan kepada dia yang jauh disana, dia ikut merasakan
kebahagian yang aku rasakan. Setelah beberapa bulan kelulusanku aku diterima di
salah satu kantor sebagai bagian perekrutan calon tenaga kerja.
Pagi
hari yang begitu cerah, ku lihat burung berkicau di pohon seakan menyambut
indahnya pagi ini. Aku
mengecheck kembali isi koper yang sudah terisi penuh dengan baju untuk selama
aku disana dan yang paling aku tunggu adalah melihat bunga sakura yang sedang
mekar karena bulan Maret adalah musim semi di Jepang. Setelah selesai mempersiapkan
semuanya, aku beristirahat sejenak karena aku akan berangkat pada malam hari.
Ternyata aku ketiduran, jam sudah menunjukkan pukul 16.00 wib lalu aku pun siap
untuk ke bandara dengan ditemani oleh seorang sahabatku bernama Iska, Iska
adalah seorang sahabat sejak aku masih kuliah dulu. Raut wajah Iska terlihat
senang ketika melihat aku bisa mewujudkan salah satu impianku itu, dan tibalah
saatnya aku harus meninggalkan Iska. Pesawat sudah take off dengan sukses dan
sekarang pramugari mulai berseliweran untuk melayani penumpang. Aku duduk
disebelah seorang perempuan, kami sempat mengobrol sebentar ternyata dia pergi
ke Jepang untuk kuliah. Kemudian terlihat seorang pramugari yang sedang mendorong
trolinya dan menghampiri setiap penumpang untuk membagikan makanan dan minuman,
hingga pramugari itu menghampiri aku dengan senyum ramahnya sambil memberikan
makanan dan minuman ke padaku. Dengan mata yang sudah mengantuk aku meneguk
sedikit apple juice lalu ku tertidur. Sekitar hampir 8 jam berlalu di pesawat, tibalah
aku di Kansai International Airport. Ketika sampai di bandara mataku sudah
terbuai oleh pemandangannya karena Kansai International Airport berada di
tengah pulau buatan lalu disambut dengan
sejuknya udara pagi di Jepang membuatku sejenak terdiam menatap langit yang
cerah di musim semi dan banyak mengucap rasa sykur kepada Sang Pencipta. Saat
ku alihkan pandanganku ke arah depan terlihat seorang wanita melambaikan
tangannya ke arahku, lalu aku melihat kebelakang karena aku mengira orang yang
ada dibelakanglah yang dilambaikan tangan oleh wanita itu. Wanita itu terus
mendekat mengarah kepadaku, “Apa iya itu Risha yang janji akan menjemputku?”
gumamku dalam hati. Memang aku sudah memberitahukannya ketika aku berangkat dan
Risha janji akan menjemputku di bandara karena dia tahu bahwa aku baru
pertamakali menginjakkan kaki di negeri sakura. Lalu aku pastikan bahwa wanita
itu adalah Risha dan ternyata feeling aku benar.
“Hi...Erina san genki
desuka?”Tanya Risha yang menyapa ku dengan bahasa Jepang.
“Hai, genki desu...”
balasku dengan memeluknya.
“Dari mana kamu tau
seseorang yang kamu lambaikan tangan adalah aku?” tanyaku sambil menepuk
bahunya.
“Aku mencari-cari orang
yang memakai kerudung dan memang hanya segelintir orang yang memakai, makanya
aku mudah mencarimu.”jawabnya sambil tertawa.
“Oh begitu, kirain kamu
punya indera ke enam” jawabku dengan candaan.
Kemudian kami ke stasiun
kereta untuk menuju hotel yang berada di Kyoto. Ketika sampai di stasiun, aku sangat
terkesimak melihat stasiun yang tertata dengan rapi dan tak lama keretapun
datang, yaa memang jadwal kereta di Jepang sangat tepat waktu lalu kami masuk
ke dalam kereta. Aku dan Risha duduk
bersebelahan, selama perjalanan aku melihat-lihat pemandangan diluar dari
jendela kereta, kereta melesat dengan cepat hingga sampailah di Kyoto station.
Lalu dari Kyoto station kami menuju hotel, aku dan Risha berbeda kamar tetapi
masih satu lantai karena perjalanan cukup melelahkan lalu aku segera
bersih-bersih kemudian tidur.
Dering alarm membuatku terbangun lalu segera ku lihat jam
menunjukkan pukul 05.00 wib aku pun melanjutkan tidur. Ketika aku baru saja
memejamkan mata kembali, aku teringat bahwa jam dihandphoneku belum aku setting
ulang dan masih dalam waktu Indonesia, kan Indonesia dan Jepang mempunyai
selisih 2 jam berari disini sudah pukul 07.00 am gumanku dalam hati. Kemudian
aku melihat ke luar Jendela, ternyata mentari pagi sudah terbit dengan indah
dan membuatku terkesimak melihat keindahan di luar. Ketika
aku masih saja menatap pemandangan di luar hotel terlintas dipikiran ku
seseorang yang pernah mewarnai hari-hariku namun sudah 3 tahun ini kami hilang
komunikasi mungkin dia sekarang sudah lulus. Sebuah kotak musik berbentuk hati
yang dulu dia berikan kepadaku masih aku simpan, hingga saat ini aku bawa dan
aku berharap dapat bertemu dia kembali. Tiba-tiba
terdengar seseorang yang datang lalu aku bukakan pintu ternyata Risha mengajak
ku ke taman untuk melihat bunga sakura yang sedang mekar, aku pun menyetujui
ajakan Risha kemudian dengan segera aku mandi terlebih dahulu. Setelah aku
selesai mandi lalu aku pun siap untuk pergi karena Risha sudah menunggu ku di
depan hotel. Kemudian karena jarak taman dengan hotel tidak begitu jauh, kami
kesana dengan berjalan kaki. Saat kami menyusuri jalan, aku melihat ada yang
menjual makanan dan memang kami belum sarapan lalu aku dan Risha membeli paket
bento yang isinya nasi, ayam, salad. Sebagai tradisi orang Jepang saat musim
semi, biasanya mereka pergi ke taman sakura untuk sekedar duduk-duduk dibawah
pohon sakura (Hanami) dan membawa bekal makanan kemudian dimakan bersama
keluarga. Ketika sampai di taman, aku sangat takjub melihat keindahan dari
bunga yang berwarna pink itu, kami pun sempat berfoto-foto di dekat pohon
sakura. Orang-orang Jepang biasanya pergi bersama keluarga, teman atau kerabat,
mereka menggunakan moment Hanami sebagai moment berkumpul bersama. Aku dan
Risha duduk dibangku taman di bawah pohon sakura sambil memakan bento yang kami
bawa tadi, karena kami lupa membeli minuman lalu Risha pergi untuk membeli
minuman sementara aku disuruh untuk tidak menemaninya dan aku tetap duduk manis
menikmati keindahan bunga-bunga yang indah itu.
Ketika
aku memandangi bunga sakura yang cantik menjuntai lebat di ranting-ranting
pohonnya seakan membuat imajinasi ku bermain seperti menjadi tokoh seorang
gadis remaja dalam sebuah komik yang latar tempat berada di taman sakura, gadis
itu sedang menunggu kehadiran pangeran pujuaan hatinya. Seorang penari berputar
diiringi alunan nada yang berasal dari sebuah kotak musik seakan-akan membuatku
lebih menjiwai tokoh dari komik tersebut. Saat aku sedang berada
dalam imajinasi ku lalu dari belakang terdengar suara hentakan kaki yang sedang
melangkah menghampiriku, semakin dekat dan jelas suara hentakan sepertinya sekarang
dia berada persis dibelakangku. Imajinasi ku pun pecah ketika mendengar suara
hentakan kakinya berhenti, aku mengira pasti itu Risha yang akan mengagetiku
dari belakang gumamku dalam hati. Aku tak berusaha menengok ke belakang, aku
tetap memandangi penari yang sedang berputar dan menikmati alunan musik yang
mengiringinya. Kemudian seseorang itu berjalanan ke samping kiriku dan duduk
disebelahku, aku terkejut ternyata dia bukanlah Risha. Aku tetap tidak menoleh
ke arahnya, aku hanya terpaku memandangi kotak musik ku. Lalu terlihat Risha
datang membawa minuman di tangannya.
“Erina....maaf yaa sudah
menunggu lumayan lama, habis banyak orang yang mengantri untuk membeli minuman
ini” kata Risha.
“Iya, tidak apa-apa koq
sha lagian aku sambil menikmati keindahan bunga sakura jadi aku tidak bosen
menunggu mu. Makasih yaa minumannya” jawab aku sambil tertawa.
Lalu seorang laki-laki
disebelah ku itu menoleh ke arah aku, sepertinya dia terkejut ketika Risha
memanggilku. Aku pun secara reflek menoleh ke arahnya saat aku menoleh
pandanganku berada tepat pada matanya, dia pun begitu. Aku dan dia sangat
terkejut ketika kami sama-sama berpapasan mata, ternyata laki-laki itu adalah
Ibam.
“Erina??????”
“Ibam??????” tanya kami
secara bersamaan. Risha pun terkejut melihat kami berdua.
“Kalian saling kenal?”
tanya Risha dengan wajah yang heran.
“Kamu Erina Hanifah
kan?” sambar Ibam dengan menyebut nama lengkapku.
“Iyaa benar aku Erina,
kamu Muhammad Ibam nazmi” tanya ku dengan menyebutkan nama lengkapnya yang
lumayan panjang.
“Iyaa kamu benar, aku
Ibam yang sudah lama kamu kenal” jawabnya dengan wajah penuh kegembiraan.
“Perasaan kamu tadi
diam-diam menghampiriku dari belakang yaa?” tanya aku dengan wajah penasaran.
Dia menceritakan
alasannya “Iyaa...aku mendengar bunyi alunan musik yang berasal dari kotak
musik itu. Kemudian aku teringat dengan kotak musik yang pernah aku berikan ke
kamu 3 tahun yang lalu. Dengan penasaran aku mencoba menghampiri sumber
bunyinya, ternyata ketika aku lihat dari belakang kotak musik itu sama persis
seperti punyamu, makanya aku duduk
disebelah kamu untuk memastikan bahwa yang memegang kotak musik itu adalah kamu
Erina”.
“Ternyata kamu masih
menyimpannya? sampai kamu bawa kesini” tanya dia dengan menampakkan
keheranannya.
“Iyaa, salah satu alasan
aku membawanya adalah aku berharap bisa bertemu kamu disini, dan ternyata Allah
mempertemukan kita kembali disini” jawabku.
“Oh, ternyata kalian
memang merupakan sepasang kekasih yang menjalin hubungan jarak jauh” sambar
Risha sambil tersenyum-senyum.
Kemudian aku dan Ibam mengalihkan
pandangan ke arah Risha dengan wajah yang bingung. Kami kan selama ini tidak
pernah menjalin suatu hubungan berpacaran, gumam ku dalam hati.
Aku
benar-benar seperti sedang bermimpi bisa bertemu dengan dia lagi setelah 3
tahun tidak bertemu, begitupun dengan dia terlihat dari raut wajahnya yang
begitu gembira. Apalagi kami bertemu di saat waktu yang tepat, berada di taman
sakura yang begitu indah saat musim semi di Jepang. Lalu aku, Risha dan Ibam
melewati liburan bersama.
created
by Elza Diantika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar