Selasa, 19 Maret 2013

Spring in Japan (Bertemu kembali dengannya)


Malam itu langit terlihat begitu indah berhiaskan bintang-bintang yang menjadi cahaya penerang malam, bulan pun terlihat tersenyum menyambut indahnya malam. Hembusan angin malam itu seakan membawa ku ikut hanyut dalam kedamaian malam. Bintang malam yang indah membuat pandangan ku tak kuasa untuk dialihkan, sesekali aku menunjuk bintang-bintang kecil itu dengan jari jemariku dan membuat garis yang saling dihubungkan sehingga membentuk sebuah objek. Tiba-tiba perhatianku teralihkan dengan suara dering handphone, ternyata ada sebuah pesan singkat dari temanku bernama Iska. Aku pun segera membaca pesan singkat tersebut dan temanku mengajak jalan ke salah satu tempat di Jakarta, kemudian aku menyetujui ajakannya itu. Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 22.00 wib kemudian aku pun bergegas untuk pergi tidur. Tak lupa sebelum tidur, aku pun berdoa dan berharap agar hari esok menjadi hari yang menyenangkan. Malam terus berlalu, bulan pun semakin menyempurnakan bentuknya dan membawa aku terlelap tidur.
            Mentari pagi mulai menampakan sinarnya, mengawali semangat pagi ku menyambut pagi yang cerah ini. Aku pun mulai bersiap-siap untuk mandi, karena Iska bilang aku harus sampai di stasiun kereta pukul 10.00 wib. Setelah mandi, aku mulai mengambil baju yang akan ku pakai dan mencocokannya dengan kerudung. Aku pun mulai merapikan kerudungku yang berwarna biru muda dan ku pasangkan sebuah bross bunga, lalu aku mengambil tas kecil dan ku selempangkan di bahu. Tak lupa aku mengisi perutku dengan roti tawar yang diolesi dengan selai strawberry dan meneguk segelas susu hangat, setelah sarapan selesai aku mengambil sepatu dan memakainya kemudian aku pun pamit. Karena rumahku lumayan jauh dari stasiun kereta aku harus satu kali naik angkot. Sesampainya di stasiun, Iska belum terlihat dan aku menunggu dia di peron. Beberapa saat kemudian ada yang menepuk bahuku dan aku pun menoleh ternyata Iska yang menepuk bahuku. Lalu kami bergegas masuk ke dalam kereta karena sebentar lagi kereta akan berangkat.
            Tidak terasa 1 jam berlalu dan kami pun berhenti di stasiun terakhir perberentian kereta. Tempat yang menjadi tujuan aku dan Iska memang tidak begitu jauh dari stasiun kereta, lalu kami memutuskan untuk berjalan kaki. Sepanjang perjalanan aku melihat bangunan-bangunan tua yang begitu indah dan seakan membawa atmosfer kembali ke tempo dulu, aku pun mengabadikan bangunan tua yang indah itu dengan memotretnya. Tidak jauh dari tempat itu, aku melihat sebuah museum yang berisi benda-benda bersejarah peninggalan suatu kerajaan zaman dahulu. Lalu akhirnya kami masuk ke dalam museum tersebut, benda-benda peninggalan yang ada disetiap sudut museum itu membuat kami takjub. Kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali dan Iska tertarik untuk berkeliling menggunakan sepeda, sepeda-sepeda itu memang disewakan untuk para pengunjung. Kami menyewa 2 sepeda kemudian kami pun berkeliling dengan mengayuh sepeda. Sesekali aku berhenti untuk mengambil gambar bangunan-bangunan tua yang berada di sepanjang jalan, matahari yang begitu terik membuat tenggorokanku terasa kering lalu aku mengajak Iska berhenti sejenak untuk menikmati ice cream Italia yang sudah buka sejak tahun 1932. Suasana di tempat itu begitu terasa seperti pada zaman dulu, ditandai dengan bangunan yang masih berciri seperti bangunan kuno dan lukisan-lukisan yang terpasang di dindingnya menambah indah suasana. Kami pun menikmati ice cream dan sambil melepas lelah setelah berkeliling mengayuh sepeda, setelah sudah puas menikmati ice cream kami pun kembali mengayuh sepeda. Ketika kami menyusuri jalan yang masih dekat dengan tempat ice cream, aku melihat sebuah banner besar yang di pasang di pinggir jalan kemudian aku pun memberhentikan sepedaku dan membaca isi banner tersebut sementara Iska terus melaju. Setelah aku membaca ternyata isinya tentang sebuah festival Jepang yang akan di adakan di salah satu Mall, di festival tersebut akan ada fashion show (memakai yukata dan kimono), cosplay, makanan-makanan khas Jepang dll. Dan aku pun tertarik untuk mengikuti fashion show memakai yukata karena memang dari dulu aku tertarik dengan kebudayaan dari negeri sakura tersebut, sampai aku sudah mengikuti kuis-kuis yang berhadiah jalan-jalan ke Jepang dan pada saat SMA aku pernah mengikuti seleksi pertukaran pelajar namun aku belum beruntung untuk pergi kesana. Kemudian aku pun melanjutkan perjalanan karena bila terlalu lama berhenti Iska akan mengira aku tersesat. Ketika aku sampai kembali ke tempat penyewaan sepeda aku melihat Iska yang sudah sampai duluan. Hari mulai sore, mentari mulai menyembunyikan sinarnya dan kami harus segera pulang. Kami pun berjalan menuju stasiun kereta, tak lama kereta jurusan ke Bogor datang dan kami segera masuk ke dalam kereta. Iska terlihat lelah begitu pun dengan ku namun hari ini begitu menyenangkan. Sepanjang perjalanan di kereta kami tertidur dan tak terasa 1 jam berlalu di kereta lalu sampailah kami di stasiun pemberhentian terakhir. Aku dan Iska berbeda arah pulang dan kami harus berpisah, aku melambaikan tangan kepada Iska dan Iska pun melambaikan tangan kepadaku.
            Jam weker berdering keras menandakan aku harus bangun, tetapi karena aku masih mengantuk lalu aku hanya mematikan jam weker itu dan menarik selimut kemudian melanjutkan tidur. Entah kenapa di saat aku terlelap dalam tidur aku bermimpi dan isi dari mimpi itu aku mengikuti fashion show mamakai yukata lalu ketika aku sedang berlenggak- lenggok di catwalk aku terjatuh dan pada saat itu aku malu dengan banyak orang yang melihatku, pipiku pun menjadi memerah menahan malu. Mimpi itu berakhir saat kakak ku membangunkan ku dan ternyata aku terjatuh dari tempat tidur. Aku pun membuka mata perlahan dan berkata dalam hati “Untung itu semua hanya mimpi, apa jadinya jika itu adalah kenyataan”. Mimpi itu muncul karena memang besok aku akan mengikuti fashion show di festival Jepang dan akan menjadi pengalaman pertama mengikuti fashion show, lalu secara tidak sadar semua itu di represi ke dalam alam bawah sadarku dan akibatnya muncul di dalam mimpi. Ketika sudah cukup mengumpulkan nyawa selama beberapa menit, aku pun perlahan membuka sebuah lemari dan berniat untuk melihat yukata yang akan dipakai besok. Yukata yang berwarna pink dan bercorak gambar bunga-bunga itu masih terlihat indah, yukata itu merupakan hadiah yang diterima 1 tahun lalu dari seorang teman yang berada di Jepang. Dia mengirimkannya sebagai tanda persahabatan, negara yang memiliki 4 musim yaitu musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim semi dan membuat siapa saja ingin berkunjung kesana. Sering kali dia menyuruhku untuk mengunjungi negaranya, saat musim semi bunga-bunga sakura sedang mekar dan terlihat begitu indah dan menurutnya jika aku kesana pada saat musim semi dia mengajak untuk sekedar duduk-duduk di bawah pohon sakura menikmati keindahan bunga sakura istilah di Jepang (Hanami). Dia juga mengatakan apabila aku kesana dia akan memperkenalkan negaranya dan menemaniku ketempat-tempat yang ingin aku kunjungi disana terutama Tokyo Disneyland yang merupakan impian aku sejak kecil karena disana banyak tokoh-tokoh disney yaitu mickey mouse, donald duck, winnie the pooh dan masih banyak lagi. memang semua itu merupakan salah satu impian-impian aku untuk pergi kesana tetapi sekarang bukanlah waktunya dan dia juga mengatakan “Jika kamu kesini jangan lupa untuk mengabariku”. Hal yang menarik walaupun Indonesia hanya mempunyai 2 musim tetapi membuat dia ingin mengunjungi Indonesia lagi, yaa memang dia sudah pernah ke Indonesia untuk membuat suatu penelitian. Setelah sudah puas memandangi yukata yang akan dipakai untuk fashion show besok, kemudian aku menutup kembali lemari.

            Awan yang terus berlalu merubah warnanya dari gelap menjadi terang, bintang di angkasa seakan terhapus oleh awan biru yang membawa harapan bahwa sepanjang hari ini akan cerah. Aku pun siap untuk memulai hariku dengan penuh semangat, ku masukan yukata ke dalam tas ranselku dan aku pun siap berangkat ke acara festival Jepang, untuk menuju kesana aku naik kereta selama 1 jam kemudian naik busway dan sampailah aku di acara festival tersebut. Pertama aku harus registrasi terlebih dahulu dan mendaftarkan namaku untuk mengikuti fashion show, antrian yang begitu lumayan panjang bukan hanya untuk mengikuti acara fashion show tetapi ada cosplay dan band-band yang akan mengisi acara. Setelah registrasi selesai aku pun melihat pernak-pernik ala Jepang dan berniat untuk membelinya lalu aku membeli kaos berwarna merah yang bergambar onigiri face, gambarnya lucu karena onigiri yang merupakan makanan dari Jepang di buat menarik dengan menampilkan emosi wajah onigiri yang sedang gembira, sedih, malu. Aku juga membeli gantungan kunci dan sebuah kipas. Kemudian fashion show dimulai, perasaan cemas pun muncul karena 1 hari sebelumnya aku bermimpi yang sangat memalukan menurutku. Tetapi aku memberanikan diri untuk tampil, banyak orang-orang yang memotret ketika kami sedang berjalan di catwalk. Setelah selesai aku pun merasa senang karena semua berjalan dengan lancar dan mimpiku tidak menjadi kenyataan lalu pengumuman pemenang di umumkan ternyata namaku tidak termasuk dalam daftar salah satu pemenang walaupun tidak menjadi pemenang aku tetap senang, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menghampiriku.
dia mengatakan “Walaupun kamu tidak menjadi pemenang, tetapi yukata yang kamu kenakan sangat bagus dan indah”.
Dengan wajah yang tersipu malu aku pun menjawab “Arigatougozaimasu” sambil membungkukkan badan.
Kemudian dia tersenyum dan sekilas menatapku. Kami pun sedikit mengobrol, laki-laki itu bernama Ibam dan ternyata dia adalah seorang mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di salah satu perguruan tinggi negeri yang masih dekat dengan kampusku. Dia datang ke acara festival Jepang karena memang dia sangat menyukai makanan dan anime-anime yang berasal dari negeri sakura tersebut, kemudian dia mengajak aku mencicipi makanan khas Jepang yaitu sushi dan tempura. Kami juga sempat berfoto bersama dengan orang yang memakai costum samurai X. Pertemuan singkat itu membuat aku dan dia terlihat akrab karena kami memiliki kegemaran yang sama, sebelum aku dan dia berpisah, dia mengatakan “Mungkin kita bisa datang bersama jika ada festival-festival Jepang berikutnya”.
“Iyaa, sampai ketemu di festival berikutnya” jawab aku.
“Kasih tahu aku yaa kalau ada festival berikutnya” sambil memberikan no handphonenya.
“Ok, see you next time” jawabku dengan melambaikan tangan kepadanya.
Terlihat senyum lebar dari wajahnya ketika aku melambaikan tanganku.
Hmmm, aku pun menghela nafas dan tergumam dalam hati “Hari yang begitu melelahkan sekaligus menyenangkan bagiku karena aku mendapat pengalaman yang tidak terlupakan yaitu mengikuti fashion show dan bertemu dengan teman baru yang sama-sama menyukai kegemaran yang sama”. Acara festival selesai lalu aku harus segera pulang ketika ku menatap keluar ternyata hujan rintik-rintik, sebelum hujan membasahi yukata kesayanganku aku harus menggantikan dengan baju yang di pakai waktu berangkat dan tak mungkin aku memakai yukata ketika pulang. Kemudian aku mengeluarkan payung dan bergegas pulang.
Liburan telah usai dan sekarang waktunya kembali ke rutinitas yaitu kuliah, dan tugas-tugas pun menanti. Hari pertama masuk kuliah setelah libur memang masih menyisakan rasa malas tetapi karena dosen sudah memberikan tugas mau tidak mau harus dikerjakan, aku pun harus mencari referensi buku untuk di jadikan sumber materi makalah yang akan ku buat. Lalu aku berniat untuk mencari buku di perpustakaan di salah satu perguruan tinggi negeri yang berada tidak jauh dari kampusku karena memang disana ada fakultas psikologi dan buku-buku tentang psikologinya pun cukup lengkap. Pada waktu jam kuliah tidak padat sampai sore kemudian aku memanfaatkannya dengan mengunjungi perpustakaan. Saat aku sedang mencari-mencari buku di rak buku psikologi terlihat di sudut kanan seseorang yang pernah ku lihat sebelumnya, yaa benar itu Ibam seorang mahasiswa jurusan hubungan Internasional yang aku kenal sejak di festival Jepang beberapa hari yang lalu. Ketika aku masih saja melihatnya dari kejauhan lalu dia pun menoleh ke arah ku, awalnya wajahnya terlihat ragu melihatku kemudian perlahan dia menghampiriku untuk memastikan bahwa dia pernah bertemu denganku. Tiba-tiba dia memanggilku “Erina....kamu yang pernah bertemu denganku waktu acara festival Jepang kan?” dengan wajah heran Ibam.
“Iyaaa kamu benar” jawab aku dengan senyum mengembang di bibirku.
“Kamu sedang mencari buku apa Rin?” tanya Ibam.
“Aku sedang mencari buku psikologi untuk di jadikan referensi membuat makalah” jawab aku sambil memegang sebuah buku.
“Oh begitu, sini aku bantu cari yaa?” jawab dia dengan menampakan senyumnya.
Lalu dia membantuku mencarikan buku dan setelah mendapatkan buku yang aku butuhkan aku pun pamit pulang. Namun dia berniat mengantarku sampai depan kampus, sepanjang jalan dia mengajakku mengobrol dan kami terlihat lebih akrab. Sebelum aku pamit pulang tak lupa aku mengucapkan terimakasih kepada dia karena sudah membantu ku mencari buku, dia pun merasa tidak keberatan untuk membantu ku.
            Sejak pertemuan itu aku dan dia sering bertemu dan terkadang kita saling sharing dalam hal apapun, walaupun tempat kuliah kami berbeda dan jurusan kami berbeda aku psikologi sementara dia hubungan Internasional namun dia juga tertarik untuk belajar mengenai psikologi. Hari demi hari terus berlalu kami pun semakin dekat dan hingga sampailah dia di suatu pencapaian yaitu kelulusan dan mendapatkan gelar S1 dengan nilai yang memuaskan, memang aku dan dia berbeda 1 tingkat sementara aku harus menunggu 1 tahun lagi untuk lulus. Selang beberapa bulan setelah dia lulus, lalu dia mendapat kabar bahwa dia mendapat beasiswa di salah satu Universitas di Jepang. Jepang memang salah satu negara impian kami untuk bisa pergi kesana. Kabar tersebut merupakan kabar gembira buat aku dan dia sekaligus merupakan kabar yang menyedihkan bagiku karena aku harus berpisah dengan dia, entah sampai kapan dia harus berada disana. Sehari sebelum keberangkatannya aku semakin merasa bahwa kesepian akan menghampiriku namun karena untuk kebahagian dan masa depannya aku tak ingin membuatnya sedih, aku berusaha menyembunyikan sedihku bila sedang dengannya. Hingga hari keberangkatannya pun tiba, aku menemani dia ke bandara dan ternyata disana juga ada orang tua dan adik perempuannya. Dia merupakan anak pertama dan mempunyai 2 adik, dia pun sempat memperkenalkanku dengan orang tua dan adiknya. Mereka terlihat ramah dengan ku lalu beberapa menit sebelum dia berangkat dia memberiku sebuah barang dan ternyata sebuah kotak musik berbentuk hati ketika ku buka ada seorang penari yang berputar diiringi dengan alunan musik.
Dia mengatakan “Jika kamu merasa kesepian maka dengarkanlah musik ini atau kamu bisa menghubungiku lewat skype”. Aku mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca.
“Tahu dari mana aku akan kesepian? sok tau kamu” dengan suara yang ceria aku menjawabnya seolah menyembunyikan perasaan sedih.
“Tuh lihat matamu sudah berkaca-kaca, dan sebentar lagi hujan akan turun dari matamu” Jawabnya dengan canda.
“Iiih ini tadi mataku kelilipan debu tauu” jawabku sambil mengucekan mata. Lalu aku terkejut ketika dia meniup mataku, dengan refleks aku memejamkan mata dan menutup mataku dengan telapak tangan.
Sambil menutup mata aku berkata“Sudah...sudah... mataku baik-baik saja koq”
“Loh, katanya kamu kelilipan makanya aku tiup” jawabnya dengan serius.
“Sekarang sudah engga koq, kamu siap-siap sana pesawat akan segera berangkat” jawabku
“Sukses yaa dengan kuliahnya...Ganbatte” jawabku dengan menunjukkan senyum lebar dibibirku.
“Iyaaa Erinaku yang manja.., kamu juga harus tetap semangat semoga lulus dengan nilai yang memuaskan” jawabnya dengan mengelus kepalaku.
Waktu pun terus berjalan hingga tibalah waktu aku dan dia harus segera berpisah, kami pun berkumpul lalu dia pamit dengan ayah, adik, aku dan mencium ibundanya. Dia melambaikan tangan kepada semuanya, setelah dia berangkat aku pun segera pamit kepada orang tua dan adiknya. Beberapa langkah ketika aku meninggalkan semuanya, air mata ku menetes dan membasahi pipiku lalu segera ku hapus dengan tissue.
            1 minggu setelah keberangkatannya, aku memang tidak menghubunginya walau aku merasa sangat kehilangan karena aku tahu pasti dia sedang sibuk dengan studinya, ketika aku mengecheck email masuk ternyata 2 hari yang lalu dia mengirim email dan menyuruhku membuka skype dan aku merasa bersalah karena belum membuka email masuk. Aku segera membalas emailnya dan meminta maaf kemudian menyuruh dia untuk membuka skype. Dan kami pun video call di skype, syukurlah dia dalam keadaan baik-baik saja mungkin dia sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan disana. Dia juga terus memberiku semangat karena beberapa bulan lagi aku akan sidang skripsi. Lalu kami akhiri obrolan singkat itu, disana sudah larut malam karena Indonesia dan Jepang mempunyai selisih waktu 2 jam. Dingin malam seakan membelenggu dihatiku ketika aku rindu dengannya, tetapi rindu itu sedikit berkurang jika aku membuka kotak musik yang dia berikan ketika akan berangkat. Hingga alunan musik dari kotak musik itu mengantarkanku terlelap dalam tidur.
            Hari-hariku terus berlalu dengan kesunyian yang terpahat direlung hati, hingga kini sampailah aku di titik kelulusan yang akan menghantarku untuk kembali mengejar mimpi-mimpi yang selama ini hanya menjadi angan. Kabar baik ini membuat keluargaku bahagia mendengarnya, aku sangat berterimakasih kepada kedua orangtuaku karena mereka adalah semangatku selama ini. Aku juga memberitahukan kepada dia yang jauh disana, dia ikut merasakan kebahagian yang aku rasakan. Setelah beberapa bulan kelulusanku aku diterima di salah satu kantor sebagai bagian perekrutan calon tenaga kerja.  
            Pagi hari yang begitu cerah, ku lihat burung berkicau di pohon seakan menyambut indahnya pagi ini. Aku mengecheck kembali isi koper yang sudah terisi penuh dengan baju untuk selama aku disana dan yang paling aku tunggu adalah melihat bunga sakura yang sedang mekar karena bulan Maret adalah musim semi di Jepang. Setelah selesai mempersiapkan semuanya, aku beristirahat sejenak karena aku akan berangkat pada malam hari. Ternyata aku ketiduran, jam sudah menunjukkan pukul 16.00 wib lalu aku pun siap untuk ke bandara dengan ditemani oleh seorang sahabatku bernama Iska, Iska adalah seorang sahabat sejak aku masih kuliah dulu. Raut wajah Iska terlihat senang ketika melihat aku bisa mewujudkan salah satu impianku itu, dan tibalah saatnya aku harus meninggalkan Iska. Pesawat sudah take off  dengan sukses dan sekarang pramugari mulai berseliweran untuk melayani penumpang. Aku duduk disebelah seorang perempuan, kami sempat mengobrol sebentar ternyata dia pergi ke Jepang untuk kuliah. Kemudian terlihat seorang pramugari yang sedang mendorong trolinya dan menghampiri setiap penumpang untuk membagikan makanan dan minuman, hingga pramugari itu menghampiri aku dengan senyum ramahnya sambil memberikan makanan dan minuman ke padaku. Dengan mata yang sudah mengantuk aku meneguk sedikit apple juice lalu ku tertidur. Sekitar hampir 8 jam berlalu di pesawat, tibalah aku di Kansai International Airport. Ketika sampai di bandara mataku sudah terbuai oleh pemandangannya karena Kansai International Airport berada di tengah pulau buatan lalu disambut dengan sejuknya udara pagi di Jepang membuatku sejenak terdiam menatap langit yang cerah di musim semi dan banyak mengucap rasa sykur kepada Sang Pencipta. Saat ku alihkan pandanganku ke arah depan terlihat seorang wanita melambaikan tangannya ke arahku, lalu aku melihat kebelakang karena aku mengira orang yang ada dibelakanglah yang dilambaikan tangan oleh wanita itu. Wanita itu terus mendekat mengarah kepadaku, “Apa iya itu Risha yang janji akan menjemputku?” gumamku dalam hati. Memang aku sudah memberitahukannya ketika aku berangkat dan Risha janji akan menjemputku di bandara karena dia tahu bahwa aku baru pertamakali menginjakkan kaki di negeri sakura. Lalu aku pastikan bahwa wanita itu adalah Risha dan ternyata feeling aku benar.
“Hi...Erina san genki desuka?”Tanya Risha yang menyapa ku dengan bahasa Jepang.
“Hai, genki desu...” balasku dengan memeluknya.
“Dari mana kamu tau seseorang yang kamu lambaikan tangan adalah aku?” tanyaku sambil menepuk bahunya.
“Aku mencari-cari orang yang memakai kerudung dan memang hanya segelintir orang yang memakai, makanya aku mudah mencarimu.”jawabnya sambil tertawa.
“Oh begitu, kirain kamu punya indera ke enam” jawabku dengan candaan.
Kemudian kami ke stasiun kereta untuk menuju hotel yang berada di Kyoto. Ketika sampai di stasiun, aku sangat terkesimak melihat stasiun yang tertata dengan rapi dan tak lama keretapun datang, yaa memang jadwal kereta di Jepang sangat tepat waktu lalu kami masuk ke dalam kereta.  Aku dan Risha duduk bersebelahan, selama perjalanan aku melihat-lihat pemandangan diluar dari jendela kereta, kereta melesat dengan cepat hingga sampailah di Kyoto station. Lalu dari Kyoto station kami menuju hotel, aku dan Risha berbeda kamar tetapi masih satu lantai karena perjalanan cukup melelahkan lalu aku segera bersih-bersih kemudian tidur.
            Dering alarm membuatku terbangun lalu segera ku lihat jam menunjukkan pukul 05.00 wib aku pun melanjutkan tidur. Ketika aku baru saja memejamkan mata kembali, aku teringat bahwa jam dihandphoneku belum aku setting ulang dan masih dalam waktu Indonesia, kan Indonesia dan Jepang mempunyai selisih 2 jam berari disini sudah pukul 07.00 am gumanku dalam hati. Kemudian aku melihat ke luar Jendela, ternyata mentari pagi sudah terbit dengan indah dan membuatku terkesimak melihat keindahan di luar. Ketika aku masih saja menatap pemandangan di luar hotel terlintas dipikiran ku seseorang yang pernah mewarnai hari-hariku namun sudah 3 tahun ini kami hilang komunikasi mungkin dia sekarang sudah lulus. Sebuah kotak musik berbentuk hati yang dulu dia berikan kepadaku masih aku simpan, hingga saat ini aku bawa dan aku berharap dapat bertemu dia kembali. Tiba-tiba terdengar seseorang yang datang lalu aku bukakan pintu ternyata Risha mengajak ku ke taman untuk melihat bunga sakura yang sedang mekar, aku pun menyetujui ajakan Risha kemudian dengan segera aku mandi terlebih dahulu. Setelah aku selesai mandi lalu aku pun siap untuk pergi karena Risha sudah menunggu ku di depan hotel. Kemudian karena jarak taman dengan hotel tidak begitu jauh, kami kesana dengan berjalan kaki. Saat kami menyusuri jalan, aku melihat ada yang menjual makanan dan memang kami belum sarapan lalu aku dan Risha membeli paket bento yang isinya nasi, ayam, salad. Sebagai tradisi orang Jepang saat musim semi, biasanya mereka pergi ke taman sakura untuk sekedar duduk-duduk dibawah pohon sakura (Hanami) dan membawa bekal makanan kemudian dimakan bersama keluarga. Ketika sampai di taman, aku sangat takjub melihat keindahan dari bunga yang berwarna pink itu, kami pun sempat berfoto-foto di dekat pohon sakura. Orang-orang Jepang biasanya pergi bersama keluarga, teman atau kerabat, mereka menggunakan moment Hanami sebagai moment berkumpul bersama. Aku dan Risha duduk dibangku taman di bawah pohon sakura sambil memakan bento yang kami bawa tadi, karena kami lupa membeli minuman lalu Risha pergi untuk membeli minuman sementara aku disuruh untuk tidak menemaninya dan aku tetap duduk manis menikmati keindahan bunga-bunga yang indah itu.


Ketika aku memandangi bunga sakura yang cantik menjuntai lebat di ranting-ranting pohonnya seakan membuat imajinasi ku bermain seperti menjadi tokoh seorang gadis remaja dalam sebuah komik yang latar tempat berada di taman sakura, gadis itu sedang menunggu kehadiran pangeran pujuaan hatinya. Seorang penari berputar diiringi alunan nada yang berasal dari sebuah kotak musik seakan-akan membuatku lebih menjiwai tokoh dari komik tersebut. Saat aku sedang berada dalam imajinasi ku lalu dari belakang terdengar suara hentakan kaki yang sedang melangkah menghampiriku, semakin dekat dan jelas suara hentakan sepertinya sekarang dia berada persis dibelakangku. Imajinasi ku pun pecah ketika mendengar suara hentakan kakinya berhenti, aku mengira pasti itu Risha yang akan mengagetiku dari belakang gumamku dalam hati. Aku tak berusaha menengok ke belakang, aku tetap memandangi penari yang sedang berputar dan menikmati alunan musik yang mengiringinya. Kemudian seseorang itu berjalanan ke samping kiriku dan duduk disebelahku, aku terkejut ternyata dia bukanlah Risha. Aku tetap tidak menoleh ke arahnya, aku hanya terpaku memandangi kotak musik ku. Lalu terlihat Risha datang membawa minuman di tangannya.
“Erina....maaf yaa sudah menunggu lumayan lama, habis banyak orang yang mengantri untuk membeli minuman ini” kata Risha.
“Iya, tidak apa-apa koq sha lagian aku sambil menikmati keindahan bunga sakura jadi aku tidak bosen menunggu mu. Makasih yaa minumannya” jawab aku sambil tertawa.
Lalu seorang laki-laki disebelah ku itu menoleh ke arah aku, sepertinya dia terkejut ketika Risha memanggilku. Aku pun secara reflek menoleh ke arahnya saat aku menoleh pandanganku berada tepat pada matanya, dia pun begitu. Aku dan dia sangat terkejut ketika kami sama-sama berpapasan mata, ternyata laki-laki itu adalah Ibam.
“Erina??????”
“Ibam??????” tanya kami secara bersamaan. Risha pun terkejut melihat kami berdua.
“Kalian saling kenal?” tanya Risha dengan wajah yang heran.
“Kamu Erina Hanifah kan?” sambar Ibam dengan menyebut nama lengkapku.
“Iyaa benar aku Erina, kamu Muhammad Ibam nazmi” tanya ku dengan menyebutkan nama lengkapnya yang lumayan panjang.
“Iyaa kamu benar, aku Ibam yang sudah lama kamu kenal” jawabnya dengan wajah penuh kegembiraan.
“Perasaan kamu tadi diam-diam menghampiriku dari belakang yaa?” tanya aku dengan wajah penasaran.
Dia menceritakan alasannya “Iyaa...aku mendengar bunyi alunan musik yang berasal dari kotak musik itu. Kemudian aku teringat dengan kotak musik yang pernah aku berikan ke kamu 3 tahun yang lalu. Dengan penasaran aku mencoba menghampiri sumber bunyinya, ternyata ketika aku lihat dari belakang kotak musik itu sama persis seperti punyamu,  makanya aku duduk disebelah kamu untuk memastikan bahwa yang memegang kotak musik itu adalah kamu Erina”.
“Ternyata kamu masih menyimpannya? sampai kamu bawa kesini” tanya dia dengan menampakkan keheranannya.
“Iyaa, salah satu alasan aku membawanya adalah aku berharap bisa bertemu kamu disini, dan ternyata Allah mempertemukan kita kembali disini” jawabku.
“Oh, ternyata kalian memang merupakan sepasang kekasih yang menjalin hubungan jarak jauh” sambar Risha sambil tersenyum-senyum.
Kemudian aku dan Ibam mengalihkan pandangan ke arah Risha dengan wajah yang bingung. Kami kan selama ini tidak pernah menjalin suatu hubungan berpacaran, gumam ku dalam hati.
Aku benar-benar seperti sedang bermimpi bisa bertemu dengan dia lagi setelah 3 tahun tidak bertemu, begitupun dengan dia terlihat dari raut wajahnya yang begitu gembira. Apalagi kami bertemu di saat waktu yang tepat, berada di taman sakura yang begitu indah saat musim semi di Jepang. Lalu aku, Risha dan Ibam melewati liburan bersama.

created by Elza Diantika




Tidak ada komentar:

Posting Komentar