Jumat, 12 April 2013

KesMen Tulisan4

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
Allport “Ciri-Ciri Kepribadian yang Matang”

 Tujuh Kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.

1. Perluasan Perasaan Diri

Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri hanya berpusat hanya pada individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika orang menjadi matang dia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri seperti pekerjaan. Orang harus menjadi menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamai hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.

Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku pada pekerjaan kita, hubungan dengan keluarga, dan teman-teman, kegemaran, dan keanggotaan kita dalam politik dan agama. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang dipenuhi arti ini dan aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan perasaan diri.

2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain

Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang biak. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan yang sama.

3. Keamanan Emosional 

Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas-kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari ada mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan tanpa menyerah secara pasif pada kelemahan dan kekurangan tersebut. Orang yang sehat mampu hidup dengan segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan masyarakat. Mereka berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses mereka berusaha memperbaiki diri mereka.

Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia, mereka bukan tawanan dari emosi mereka dan mereka juga berusaha tidak bersembunyi dari emosi-emosi itu. Kepribadian yang sehat mengontrol emosi mereka sehingga emosi tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan dari kemauan dan keinginan. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran, mereka tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang bebeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan subtitusi. Orang yang matang tidak dapat begitu sabar terhadap kekecewaan tidak dapat begitu menerima diri atau tidak dapat begitu banyak mengontrol emosi mereka, jika mereka merasakan suatu perasaan dasar akan keamanan.

4. Persepsi Realistis

Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

5. Keterampilan-Keterampilan dan Tugas

Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan dan bakat tertentu suatu tingkat kemampuan. Tetapi tidaklah cukup hanya memiliki keterampilan yang relevan, kita harus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukan dengan dedikasi, komitmen dan keterampilan-keterampilan.

6. Pemahaman diri

Usaha untuk memahami diri secara obyektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti, tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification) tertentu yang berguna dalam setiap usia. Tentunya kepribadian yang sehat akan mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis.

Orang yang memiliki tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Biasanya orang seperti ini akan diterima dengan lebih baik oleh orang lain. Allport mengatakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.

7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Orang yang sehat tentunya akan melihat ke depan, yang didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Menurut Allport, dorongan yang mempersatukan adalah arah (directness), dan lebih terlihat pada kepribadian yang sehat daripada orang yang neorotis. Arah akan membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan serta memberikan seseorang alasan untuk hidup.

Kerangka untuk tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Menurut Allport nilai-nilai sangat penting bagi perkembangan suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Allport berpendapat bahwa, terdapat perbedaan antara suara hati yang matang dan suara hati yang tida matang atau neurotis. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis, sedangkan suara hati yang tidak matang sama seperti sura hati anak-anak yang patuh, penuh dengan pembatasan dan larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak kedalam masa dewasa.
 (Sumber: Schultz, Duane. 1991. Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius)

Rogers “Perkembangan Kepribadian”

 Dalam masa kecil, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Dengan kata lain anak itu mengembangkan suatu “pengertian diri” (self concept). Dengan mengamati dari orang-orang lain terhadap tingkahnya sendiri, anak itu secara ideal mengembangkan suatu pola gambaran-gambaran diri yang konsisten. Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebutkan kebutuhan ini “penghargaan positif” (positive regard). 

Positive regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes dimiliki semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta dan persetujuan dari orang-orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik. 

Self concept yang berkembang dari anak itu sangat dipengaruhi ibu, anak itu menjadi peka terhadap setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan. Dalam hal ini anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuat, makin lama makin mengerahkan energi dan pikiran.

Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut Rogers “penghargaan positif bersyarat” (conditional positive regard). Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambil alih oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.

Karena individu ini tidak dapat berinteraksi sepenuhnya dan terbuka dengan lingkungan mereka, maka mereka mengembangkan apa yang disebut Rogers “ketidakharmonisan” (incongruence) antara konsep diri dan kenyataan yang mengintari mereka. Mereka tidak dapat mengaktualisasikan semua segi dari diri. Dengan kata lain, mereka tidak dapat mengembangkan kepribadian-kepribadian yang sehat. 

Syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regard) pada masa kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih yang diberikan dengan bebas ini, dan sikap yang ditampilkannya bagi anak itu menjadi sekumpulan norma dan standar yang terinternalisasikan, sama seperti halnya sikap-sikap ibu yang memperlihatkan unconditional positive regard diinternalisasikan oleh anaknya.
(Sumber: Schultz, Duane. 1991. Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius)

Erich Fromm “Ciri-Ciri Kepribadian Sehat”

Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencapai sepenuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri dan nasib, bebas dari ikatan-ikatan sumbang.

Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif, yakni suatu konsep yang serupa dengan kepribadian matang dari Allport, dan orang yang mengaktualisasi dari dari Maslow. Konsep itu menggunakan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi”, Fromm menunjukkan bahwa kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri. Menjadi produktif berarti orang menggunakan semua tenaga dan potensinya.

Empat segi tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat membantu menjelaskan apa yang dimaksud Fromm dengan orientasi produktif. Keempat segi tambahan itu adalah cinta yang produktif, pikiran yang produktif, kebahagiaan, dan suara hati.

·         Cinta yang produktif, suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana partner-partner dapat mempertahankan individualitas mereka.

·         Pikiran yang produktif, meliputi kecerdasan, pertimbangan dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pikran produktif  berfokus pada seluruh gejala dengan mempelajarinya dan bukan pada kepingan-kepingan dan potongan-potongan gejala yang terpisah.


·         Kebahagiaan merupakan suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif, kebahagiaan itu menyertai seluruh kegiatan produktif.

·         Fromm membedakan dua tipe suara hati yakni suara hati otoriter dan suara hati humanistik. Suara hati otoriter adalah penguasa dari luar yang terinternalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Penguasa itu dapat berupa orang tua, negara, suara kelompok lainnya yang mengatur tingkah laku melalui ketakutan orang itu terhadap hukuman karena melanggar kode moral dari penguasa. Suara hati humanistik ialah suara dari diri dan bukan suatu perantara dari luar.

·         Orientasi produktif ialah suatu keadaan ideal atau tujuan perkembangan manusia dan belum pernah dicapai dalam masyarakat manapun.
Selain orientasi produktif yang dikemukakan oleh Fromm juga terdapat orientasi-orientasi tidak produktif: orientasi reseptif, eksploitatif, penimbunan, dan pemasaran. Seperti orientasi produktif, orientasi tidak produktif ialah ciri pembawaan yang esensial, cara-cara bagaimana orang mengarahkan dirinya ke dunia sekitarnya.

·         Orang dengan orientasi reseptif merupakan penerima-penerima yang pasif dalam hubungannya dengan orang-orang lain. Mereka tidak mampu menghasilkan, menciptakan atau memberi cinta. Mereka sama sekali tergantung pada sumber-sumber dari luar, teman-teman, atau masyarakat untuk segala sesuatu yang mereka butuhkan.

·         Orientasi eksploitatif juga mereupakan ciri orang-orang yang diatur oleh sumber-sumber dari luar. Akan tetapi bukannya menunggu menerima dari orang-orang lain, mereka terdorong untuk mengambil dari mereka dengan kekerasan atau tipu muslihat atau dengan cara apa saja yang bermanfaat.

·         Orang-orang dengan orientasi penimbunan tidak mengharapkan sesuatu dari sumber-sumber dari luar, dan juga tidak menerima atau mengambil. Orang-orang ini mencapai keamanan dengan menabung atau menimbun milik-milik material, pikiran-pikiran, atau emosi-emosi. Semua segi dari orang-orang ini menjadi milik privat tidak boleh dibagi atau diberikan kepada orang lain.

·         Orientasi pemasaran merupakan ciri pembawaan utama dalam masyarakat kapitalis, seperti Amerika serikat.  Kepribadian atau diri dinilai hanya sebagai suatu barang dagangan yang dijual atau ditukar untuk keberhasilan. Perasaan kita akan penghargaan, penilaian dan kebanggaan tergantung pada bagaimana keberhasilan kita dalam menjual diri kita.

·         Fromm telah mengutarakan juga suatu pasangan kelima orientasi tidak produktif. Orientasi nekrofili dan orientasi biofili. Orientasi nekrofili menggambarkan seseorang yang dihantui oleh sakit dan kematian. Orientasi biofili, suatu orientasi yang lebih produktif dan menggambarkan seseorang yang selalu berjuang melawan kematian dan kehancuran serta yang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan diri.
(Sumber: Schultz, Duane. 1991. Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius)

Maslow “Hirarki Kebutuhan”


1.       Kebutuhan Faali yang diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti zat asam, air, makanan, minuman, udara.
2.       Kebutuhan keamanan. Kita perlu merasa bebas dari ancaman terhadap hidup kita, seperti kebutuhan akan keakraban, keteraturan, dan mempunyai rumah tempat tinggal.
3.      Kebutuhan akan belonging dan cinta. Semua orang ingin merasakan bahwa mereka tergolong pada sesuatu dan bahwa paling tidak satu orang mencintai/menyayanginya.
4.      Kebutuhan akan penghargaan dan harga diri. Kita perlu merasa bahwa kita berharga dan mampu, dan bahwa masyarakat menghargai sumbangan kita terhadapnya.
5.      Kebutuhan aktualisasi/ perwujudan diri. Kebutuhan akan pengembangan dan perwujudan potensi kita sepenuhnya, termasuk imajinasi dan kreativitas.
(Sumber: Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar